VAKSINASI COVID-19 WARTAWAN: TANTANGAN DAN PELUANG

VAKSINASI COVID-19 WARTAWAN: TANTANGAN DAN PELUANG
15 Juli 2021 | MediaCentre2

Sejak Hari Pers Nasional 9 Februari 2021, wartawan termasuk dalam kategori pelayan publik yang memperoleh vaksinasi COVID-19 gratis dari Pemerintah Indonesia. Dewan Pers berada pada garda terdepan dengan mengajukan peserta 5.512 wartawan atau pekerja media untuk mengikuti vaksinasi gelombang pertama pada tanggal 25-27 Februari untuk dosis pertama dan 16-17 Maret untuk dosis kedua.

Para peserta mendaftar melalui AJI, AMSI, ATVLI, ATVSI, Forum Pemred, IJTI, PFI, PRSSNI, PWI, SMSI, SPS. Vaksinasi gelombang pertama ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo yang menyediakan lokasi di Basket Hall, Senayan, Jakarta dan Kemenkes sebagai penyedia vaksin Sinovac dan vaksinatornya. Dari 5.512 jurnalis peserta yang mendaftar, tercatat 5.200 orang yang berhasil divaksin.

Dewan Pers melanjutkan dengan vaksinasi 5.000 wartawan atau pekerja media gelombang kedua pada tanggal 25 Maret-12 April untuk dosis pertama dan 21 April-7 Mei untuk dosis kedua. Peserta mendaftar melalui AJI, AMSI, ATVLI, ATVSI, Forum Pemred, IJTI, PFI, PRSSNI, PWI, SMSI dan SPS. Kali ini Dewan Pers bekerjasama dengan Dinkes DKI yang menyediakan vaksin Sinovac dan Pemprov DKI yang menyediakan lokasi di Balaikota DKI. Dari 5.000 pendaftar, hanya 4.851 yang berhasil divaksinasi. Vaksinasi gelombang pertama dan kedua berjalan lancar pada saat jumlah orang yang positif COVID-19 di Indonesia cenderung menurun, pasca ledakan pasien pada bulan Januari 2021 seusai liburan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

DUA TANTANGAN

Tantangan muncul pada saat vaksinasi gelombang ketiga untuk 5.000 wartawan atau pekerja media hasil kerjasama Dewan Pers, Dinkes DKI dan Sentra Vaksinasi Kementerian Koperasi dan UKM pada tanggal 16 Juni-20 Juli 2021. Tantangan pertama, munculnya ledakan pasien COVID-19 pasca libur Lebaran (pertengahan Mei-awal Juni 2021), meskipun Pemerintah telah melarang mudik dengan meniadakan angkutan umum darat, laut dan udara untuk penumpang. Fakta bahwa tetap ada 1,5 juta pemudik nekad yang kembali ke kota-kota besar pada bulan Juni, sebagian dalam kondisi positif COVID-19.

Kondisi ini diperburuk dengan sudah masuknya varian Alpha dari Inggris, Beta dari Afrika Selatan dan Delta dari India ke Indonesia. Varian Delta khususnya, menurut WHO, mendominasi pandemi ini atau yang mereka sebut sebagai variant of concern. Varian Delta inilah yang menyebabkan kembali naiknya kurva pandemi di Indonesia pada setelah puncak pertama pada bulan Januari 2021. Tantangan kedua adalah jenis vaksin yang diberikan di DKI mulai pertengahan Mei adalah AstraZeneca. Oleh BPOM, AstraZeneca diperbolehkan untuk usia 18 tahun ke atas.

Sementara di negara-negara lain seperti Inggris, Filipina dan Australia, jenis vaksin tersebut hanya diperbolehkan untuk usia di atas 30 tahun. Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) yang ekstrem pada penerima vaksin AstraZeneca termasuk pembekuan darah dan turunnya trombosit. Menurut juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada Selasa 18 Mei 2021, Pemerintah resmi menghentikan vaksin Astra- Zeneca dengan nomor batch CTMAV54 agar BPOM bisa melakukan uji toksisitas dan sterilitas untuk memastikan keamanan vaksin tersebut. Namun demikian, vaksin AstraZeneca dari batch lain masih terus digunakan untuk vaksinasi gratis masyarakat.

Kedua tantangan tadi menimbulkan buah simalakama bagi wartawan atau pekerja media yang sudah terlanjur terdaftar pada gelombang 3 vaksinasi. Beberapa televisi anggota ATVSI maupun anggota asosiasi jurnalis dan perusahaan media lain misalnya, memutuskan untuk tidak ikut meskipun sudah terdaftar. Namun di sisi lain, wartawan yang belum divaksinasi tidak punya pilihan karena satu-satunya vaksin yang tersedia adalah AstraZeneca.

Resiko menghadapi KIPI yang fatal pun tetap diambil ketimbang berada dalam kondisi rentan terpapar Corona, khususnya varian Delta dari India. Namun ada kabar baik. Berdasarkan laporan dari Public Health England pertengahan Juni 2021, efikasi vaksin AstraZeneca melawan varian Delta dari India mencapai 92% dan tidak ada kasus kematian di antara mereka yang divaksinasi. Ganasnya penularan ini bisa terlihat dari data Satgas COVID-19 pada masyarakat yang terpapar di DKI. Pada tanggal 8 Juni 2021 kasus positif Corona di DKI 755 orang. Jumlah ini melonjak hampir 8 kali lipat menjadi 5.582 orang pada tanggal 20 Juni 2021.

Bagi wartawan atau pekerja media yang mengundurkan diri dari program vaksinasi gratis Pemerintah, ada opsi bagi perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan kerjasama dengan Bio Farma untuk ikut program vaksinasi gotong royong. Adapun vaksin yang digunakan adalah Sinopharm. Vaksin ini dan jasa vaksinasinya berbayar berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4643/2021 tentang Penetapan Besaran Harga Pembelian Vaksin Produksi Sinpharm Melalui Penunjukan PT Bio Farma (Persero) dalam Pelaksanaan Pengadaan Vaksin COVID-19 dan Tarif Maksimal Pelayanan Vaksin Gotong Royong. Harga tertinggi pembelian vaksin Sinopharm per dosis ditetapkan sebesar Rp.321.660,-,  namun harga ini tidak termasuk pajak pertambahan nilai (PPN). Adapun tarif maksimal jasa vaksinasi sebesar Rp. 117.910,-, tidak termasuk pajak penghasilan (PPh). Alternatif lain dari vaksinasi gotong royong, wartawan juga bisa memilih ikut vaksinasi gratis jalur umum untuk usia 18 tahun ke atas di puskesmas-puskesmas, rumah-rumah sakit dan sentra-sentra vaksinasi.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi pada vaksinasi gelombang ketiga, Dewan Pers tetap melanjutkan dengan program vaksinasi wartawan atau pekerja media gelombang keempat. Peserta yang terdaftar dari AJI, AMSI, ATVLI, ATVSI, Forum Pemred, IJTI, PFI, PRSSNI, PWI, SMSI, SPS mencapai 10.000 orang. Program ini bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, Kompas Gramedia dan Astra dengan lokasi di Bentara Budaya maupun fasilitas kesehatan masyarakat lainnya. Vaksinasi gelombang keempat rencananya berlangsung pada tanggal 23 Juni-20 Juli 2021.

TETAP PRODUKTIF

Bagaimana korelasi vaksinasi yang telah diterima jurnalis dengan produktifitas dan mobilitasnya? Pemimpin Redaksi Metro TV Arief Suditomo sangat berterimakasih kepada Dewan Pers untuk penyelenggaraan vaksinasi wartawan ini karena mempercepat pemberian vaksin kepada para jurnalis yang berinteraksi dengan banyak orang setiap hari.

Arief menjelaskan, “Mobilitas wartawan kami tetap sama sebelum dan sesudah vaksinasi wartawan. Contohnya, pada peliputan Pilkada tahun lalu, kami tetap meliput ke luar kota. Demikian juga produktifitas jurnalis tidak mengalami perubahan.” Arief menambahkan bahwa produktifitas terjaga karena ada penyesuaian proses pengumpulan berita dengan mengintegrasikan peliputan bersama-sama unit usaha media lain yang bersama-sama Metro TV bernaung di bawah Media Group.

Menurut Arief, saat ini jurnalis yang bekerja di newsroom sudah divaksinasi semuanya. Yang belum adalah pekerja media di divisi-divisi non redaksi Metro TV. Setelah vaksinasi, protokol kesehatan (prokes) yang ditetapkan Metro TV di lingkungan kerja tetap ketat. Selain mengikuti vaksinasi gratis Pemerintah, perusahaan induk usaha Metro TV, yaitu Media Group, juga bekerjasama dengan Bio Farma menyelenggarakan vaksinasi gotong royong tahap pertama untuk 1.000 karyawannya pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni 2021.

Sementara itu pemimpin Redaksi Kumparan Arifin Asydhad mengatakan bahwa vaksinasi berpengaruh pada mobilitas wartawannya. Arifin mengatakan,”Kumparan menjalankan work from home (WFH) 100% sejak awal pandemi Maret 2020. Tidak ada peliputan ke lapangan, ke daerah maupun ke luar negeri. Setelah vaksinasi, kami mengizinkan wartawan yang sudah divaksin dua dosis untuk ke lapangan maupun wawancara tatap muka, tetapi dengan sangat selektif dengan persetujuan Pemred dan menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Namun, hingga saat ini, proporsi peliputan ke lapangan dan tatap muka hanya 1%.”

Arifin menegaskan bahwa tidak ada perbedaan signifikan produktivitas wartawan sebelum dan sesudah vaksinasi. Adapun jumlah wartawan Kumparan yang sudah divaksinasi mencapai 98,8% dari 165 orang dan seluruhnya melalui jalur vaksinasi gratis bekerjasama dengan Dewan Pers. Setelah vaksinasi, prokes yang diberlakukan di Kumparan tetap sama, apalagi 99% proses peliputan maupun proses produksi masih tetap dilakukan dari rumah.

Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas sekaligus Ketua Gugus Tugas COVID-19 Kompas Gramedia Tri Agung Kristanto menjelaskan bahwa mobilitas wartawan mengikuti kebijakan Pemerintah. Misalnya,”Saat dilarang mudik, sebisa mungkin wartawan atau karyawan tidak mudik. Posisi saat ini hanya 25% karyawan, termasuk wartawan yang bekerja di kantor. Bahkan wartawan yang tidak wajib ke kantor meliputi sebagian editor, bagian produksi dan sebagian pimpinan redaksi. Kerja di kantor atau di rumah diatur oleh Pimpinan Umum Kompas, sesuai kesepakatan dengan Pimpinan Kompas Gramedia dan atas pertimbangan Gugus Tugas.

Selain itu, terkait perbedaan produktivitas wartawan sebelum dan sesudah vaksinasi, Wapemred yang akrab disebut Tra ini menambahkan secara kuantitas memang tidak terjadi lonjakan jumlah berita atau produktivitas. Namun, vaksinasi membuat wartawan lebih percaya diri ke lapangan, meskipun tetap diingatkan untuk menjaga prokes karena ada kasus yang sudah divaksinpun tetap terinfeksi COVID-19.

Kompas tetap menerapkan prokes yang ketat dengan membatasi yang masuk kerja maksimal 25% dan membatasi datangnya tamu dari luar Kompas. Harian Kompas telah memvaksinasi sekitar 93% dari 650 karyawannya, yang terdiri dari 97% dari total wartawan dan 94% dari total non karyawan tetap/outsourcing. Sampai hari ini, Kompas Gramedia sepenuhnya masih melalui jalur vaksinasi gratis wartawan dan masih menunggu kepastian dari pendaftaran untuk vaksinasi gotong royong.



Download