|
Kekerasan di Apartemen Cempaka Mas |
Jakarta |
Jakarta Pusat |
0000-00-00 |
Detail
Dua wartawan mengalami kekerasan saat meliput di Apartemen Cempaka Mas, Jakarta Pusat, Senin, 27 April 2015. Kedua wartawan tersebut adalah Rani Sanjaya, RCTI, dan Robi Kurniawan, Berita Satu TV. Sedangkan dua warawan lain, Samarta (SCTV) dan Muhammad Rizki (Metro TV), diintimidasi. Kekerasan diduga dilakukan oleh petugas apartemen Cempaka Mas. Koran telah mengadu ke Dewan Pers.
Dewan Pers mendukung kasus kekerasan ini diselesaikan melalui proses hukum.
|
|
Wartawan Kompas TV Dianiaya |
Yogyakarta |
Yogyakarta |
0000-00-00 |
Detail
Wartawan Kompas TV, Michael Aryawan, menjadi korban penyerangan saat meliput aksi penyerangan yang dilakukan sekelompok orang tidak dikenal terhadap Direktur Galang Press, Julius Felicius, di Ngalik, Sleman, Yogjakarta, Kamis (29/05/2014) malam. Padahal, Michael sudah menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang jurnalis kepada orang-orang tak dikenal yang menyerangnya.
"Dia mendengar tadi malam ada informasi penyerangan, kemudian melakukan liputan, tiba-tiba ada yang menyerang. Jadi sudah mengaku wartawan masih diserang, kameranya dirampas," kata Pemimpin Redaksi Kompas TV, Yogi Arief Nugraha, seperti diberitakan oleh merdeka.com.
Info selengkapnya bisa dibaca di: http://www.merdeka.com/peristiwa/sebelum-diserang-michael-sudah-tunjukkan-id-wartawan-kompas-tv.html
|
|
Perampasan Kamera di Surabaya |
Jawa Timur |
Surabaya |
0000-00-00 |
Detail
Tiga reserse berpakaian preman diduga merampas kamera salah satu fotografer Harian Birawa, Iin Tridiana, yang tengah mengambil gambar aksi kericuhan antara polisi dan pendemo di depan kantor KPU Jawa Timur di Jalan Tenggilis, Surabaya.
"Tadi ada tiga orang yang diamankan. Saat saya ambil gambar, tiga orang reserse berpakaian preman mendatangi saya dan meminta kamera saya dan menghapus gambar-gambar yang saya potret. Saya juga diusir keluar area," keluh Iin sebagaimana diberitakan media siber www.merdeka.com, 6 Agustus 2014.
Informasi selengkapnya di: http://www.merdeka.com/peristiwa/rampas-kamera-wartawan-saat-liputan-polisi-dituntut-minta-maaf.html
|
|
Wartawan Trans TV Ditusuk |
Sulawesi Selatan |
Makassar |
0000-00-00 |
Detail
Jakarta (Berita Dewan Pers)– Pemimpin Redaksi Trans TV, Gatot Triyanto, melaporkan kasus kekerasan yang dialami wartawannya, Muhammad Ardiansyah, ke Dewan Pers. Ia berharap Dewan Pers dapat menindaklanjuti kasus ini.
Sesuai kronologi kejadian yang disampaikan ke Dewan Pers, Ardiansyah dianiaya orang tidak dikenal di Jalan Urip Sumiharjo Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, 9 Mei 2013, sekira pukul 04.00 WITA. Saat itu, ia bersama wartawan Fajar TV, Harun Rasyid, pulang dari meliput kericuhan di salah satu hotel di Makassar.
Pelaku penganiayaan berjumlah empat orang. Mereka mengendarai motor dan menggunakan senjata tajam. Seorang pelaku sempat berteriak “itu wartawan” saat mengejar korban.
Akibat penganiayaan, Ardiansyah mengalami luka tusukan di bagian paha. Hasil visum menyembutkan, luka tersebut sedalam lima sentimeter dan lebar enam sentimeter.
Dewan Pers mengecam kekerasan ini dan meminta kepolisian untuk menemukan pelaku serta menghukumnya sesuai peraturan yang berlaku.
“Dewan Pers meminta kepada kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa ini, menemukan pelakunya dan menghukum sesuai peraturan perundangan yang berlaku,” tegas Anggota Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo.
Menurutnya, wartawan bukan orang yang terlibat di dalam konflik antara masyarakat dan geng motor yang terjadi di Makassar saat ini. Karena itu, wartawan tidak boleh dijadikan sasaran penyerangan.
Ia meminta masyarakat untuk menghormati kerja-kerja jurnalistik yang dilakukan wartawan. Apa yang dilakukan wartawan pada dasarnya mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Dewan Pers, Bagir Manan menegaskan, intimidasi, ancaman, atau kekerasan terhadap pers, merupakan ancaman terhadap kemerdekaan pers. (red)
|
|
Kekerasan di Kantor TVRI Gorontalo |
Gorontalo |
Gorontalo |
0000-00-00 |
Detail
Kronologi Penyerbuan TVRI Gorontalo
GORONTALO, KOMPAS.com — Gedung TVRI Stasiun Gorontalo dikepung massa pada Senin (25/3/2013) malam. Massa diduga adalah pendukung calon wali kota petahana Adhan Dambea.
Menurut salah seorang kru yang meminta namanya dirahasiakan, massa masuk ke dalam studio siaran sekitar pukul 20.00 Wita. Mereka yang mengendarai mobil, sepeda motor, dan bentor itu tumpah ruah di ruas Jalan HB Jassin, Kota Gorontalo, tepat di depan gedung TVRI. Aksi massa ini menimbulkan kemacetan total.
TVRI, yang kala itu tengah bersiaran, langsung menghentikan tayangannya. Dia juga mengaku beberapa orang kru TVRI, termasuk dirinya, terkena pukulan dan dorongan.
"Massa juga sempat berusaha merusak beberapa alat siaran. Untungnya berhasil kami cegah," kata kru tersebut.
Saat itu, massa menuntut permohonan maaf Kepala TVRI Gorontalo Irmansyah sehubungan siaran warta malam TVRI yang mengumumkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Salah satu poin putusan tersebut menyatakan bahwa pencalonan calon wali kota dari jalur independen, Adhan Dambea, cacat hukum. Adhan dinilai tidak mampu menyertakan ijazah yang sah.
Tak berapa lama, Adhan datang ke kantor TVRI. Dia terlihat masih mengenakan pakaian dinas warna hijau.
Kemudian, Adhan tampak berbicara dengan para pejabat TVRI Gorontalo. Kepala TVRI kemudian membuat siaran langsung disaksikan oleh massa yang berkerumun di dalam dan luar ruangan TVRI.
"Kami meminta maaf karena berita yang kami tayangkan tidak memuat cek and recheck," kata Irmansyah dalam siaran langsung tersebut.
Menurut Irmansyah, berita tersebut bersumber dari informasi yang disebarkan ketua Panitia Pengawas Pemilukada (Panwaslu) Kota Gorontalo, Rauf Ali. Irmansyah meminta maaf karena dia membiarkan berita tersebut tayang tanpa konfirmasi terlebih dulu.
Sementara itu, Adhan di depan massa berpesan untuk masing-masing pihak yang keberatan dengan pemberitaan TVRI untuk menenangkan diri.
"Sekarang masa tenang. Kampanye (calon wali kota) sudah berakhir. Jangan kita melakukan pelanggaran-pelanggaran. Biarlah kalau ada yang dianggap melanggar hukum kita serahkan kepada kepolisian," Kata Adhan. Editor: Ana Shofiana Syatiri
Sumber: http://regional.kompas.com/read/2013/03/26/02113083/Kronologi.Penyerbuan.TVRI.Gorontalo
|
|
Oknum TNI Aniaya Wartawan |
Riau |
Pekanbaru |
0000-00-00 |
Detail
Sumber: vivanews.co.id: Didik Herwanto, fotografer Riau Pos dan Robi, kameramen Rtv dianiaya oknum perwira TNI Angkatan Udara saat meliput jatuhnya pesawat Hawk 200, di Pekanbaru, Selasa 16 Oktober 2012.
Setelah mendapatkan tindak kekerasan, Didik sempat divisum di Rumah Sakit AU dan menjalani pengobatan di Eka Hospital hingga sore hari. Sementara Robi menjalani perawatan di RS Bhayangkara. Komandan Pangkalan TNI AU Pekanbaru, Kolonel Bowo Budiarto, meminta maaf atas insiden pemukulan terhadap wartawan.
|
|
Wartawan tertembak |
Sulawesi Tengah |
Sigi |
0000-00-00 |
Detail
Wartawan tertembak dalam bentrokan di Marawola
Palu (ANTARA News) - Wartawan Nuansa TV Palu bernama Salahuddin alias Ala tertembak peluru nyasar saat meliput bentrokan antarwarga lima desa di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa sekitar pukul 12.00 WITA.
Salahuddin yang juga Pemred Nuansa TV itu terkena peluru yang diduga senapan angin kaliber besar di bagian leher sebelah kanan dan pelurunya tertanam di lehernya.
Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu untuk mendapat perawatan, namun saat ini ia sedang disiapkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit Umum Provinsi `Undata` Palu untuk menjalani pembedahan.
Kondisi korban tidak begitu kritis namun terus meringis kesakitan karena peluru yang tertinggal di lehernya.
"Kalau saya bergerak sedikit atau berbicara apalagi tertawa, langsung sakit dan kaki kanan saya keram-keram," ujarnya saat dijenguk di ruang Intalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Bhayangkara Palu.
Salahuddin menyebutkan bahwa saat kejadian, ia sedang meliput aksi saling serang warga yang bertikai yakni dari Desa Binangga dan Padende yang juga melibatkan warga tiga desa lain di sekitarnya.
Ratusan warga yang terlibat bentrok itu saling serang menggunakan senjata tajam dan senjata rakitan termasuk senapan angin.
Polisi yang dibantu aparat TNI yang turun melerai perselisihan itu melepaskan gas air mata sehingga bentrokan bisa diredakan namun situasi di lokasi kejadian, sekitar enam kilometer selatan Palu itu masih tegang.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana saat menjenguk Salahuddin menyampaikan sara prihatin dan empati terhadap korban dan berharap korban segera pulih.
Kapolda kemudian mengunjungi lokasi bentrokan didampingi sejumlah pejabat teras Polda Sulteng dan meminta dukungan seluruh tokoh masyarakat, agama dan siapapun yang mempunyai keluarga di lima desa yang bertikai itu untuk meredakan ketegangan dan menghentikan aksi saling serang.
Bentrokan warga antardesa di Mawawol itu terjadi sejak Senin (20/8) dinihari yang dipicu oleh perkelahian pemuda yang kemudian menyulut emosi warga hingga terjadi perang antarwarga desa.
Tercatat satu orang tewas dalam bentrokan ini dan beberapa lainnya luka-luka, dua di antaranya dirawat di RSU Bhayangkara Palu. (R007*BK03)
Editor: Ella Syafputri
http://www.antaranews.com/berita/328700/wartawan-tertembak-dalam-bentrokan-di-marawola
|
|
Liput Antrean BBM, Wartawan |
Sulawesi Tengah |
Morowali |
0000-00-00 |
Detail
Selasa, 29 Mei 2012 | 19:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com � Kekerasan terhadap wartawan yang sedang melaksanakan kegiatan jurnalistik kembali terjadi. Wartawan Kompas Reny Sri Ayu dan wartawan Mercusuar Moechtar Mahyuddin dipukuli massa pengantre bahan bakar minyak di SPBU Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Selasa (29/5/2012).
Akibat pemukulan itu, Reny mengalami mual dan muntah serta sakit di ulu hati, sementara Moechtar memar di rahang. "Sekarang saya baik-baik saja dan Moechtar akan divisum. Kami sedang di Polsek Bungku sekarang," kata Reny yang dihubungi dari Jakarta, sekitar pukul 18.30.
Tindak kekerasan itu, menurut dia, terjadi saat dia dan Moechtar tengah meliput antrean BBM di SPBU satu-satunya di Bungku. Semula peliputan berjalan lancar dan tidak ada masalah. Reny bahkan sempat mewawancarai para pengantre dan mengambil gambar. Sejumlah pengantre juga dengan senang hati diwawancarai.
"Sekitar pukul 13.30 Wita, saya dan Moechtar tiba di SPBU Bungku. Saat itu, antrean sangat panjang, baik di dalam maupun luar SPBU. Saya juga melihat banyak jeriken yang berjejer," papar Reny.
Setelah Reny mengambil gambar, Moechtar gantian mengambil gambar. "Saya kemudian wawancara dengan warga yang sedang mengantre di luar SPBU. Saat itu, semua lancar-lancar saja. Warga juga dengan senang hati memberikan keterangan soal kelangkaan BBM dan sulitnya mereka mendapatkan BBM," lanjutnya.
Pengantre yang bekerja sebagai nelayan juga mengeluh terpaksa sering tidak melaut karena sulitnya mendapatkan BBM. "'Sekitar pukul 14.45 Wita, saat masih wawancara, saya mendengar suara ribut-ribut di dalam, tepat di samping antrean motor dan jeriken. Saya berlari untuk melihat apa yang terjadi. Saya melihat Moechtar sudah dikepung warga, kebanyakan pemilik jeriken," katanya.
Reny pun mendekat ke kerumunan bersama polisi, petugas satpol PP, dan anggota babinsa. "Kami mencoba melerai massa yang beringas dan berusaha merampas kamera. Tapi ,mereka tidak peduli, bahkan salah seorang sempat bilang, 'Itu juga wartawan, temannya'," kata Reny.
Saat itulah, Reny merasa terkena pukulan di perut, bagian ulu hati. Karena massa makin beringas, Reny dan Moechtar lari, tetapi massa terus mengejar hingga hampir 1 kilometer dari SPBU.
Mereka akhirnya diselamatkan seorang pengendara mobil dan saat ini melapor ke Polsek Bungku.
Untuk diketahui, Reny berada di Morowali guna meliput karut-marut soal tambang. Ketika berada di lapangan, dia mendapat informasi adanya dugaan penyelewengan distribusi BBM bersubsidi ke pertambangan.
Harus diusut
Di Jakarta, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus kekerasan terhadap wartawan yang sedang melaksanakan kerja jurnalistiknya.
"Sesuai dengan UU Pers, kegiatan jurnalistik Reny harus mendapat perlindungan dari aparat polisi," kata Budiman.
M Suprihadi | Reny Sri Ayu | Marcus Suprihadi |
|
|
Enam Wartawan Dianiaya Orang Berseragam Tentara |
Sumatera Barat |
Padang |
0000-00-00 |
Detail
Selasa, 29 Mei 2012
PADANG, KOMPAS.com — Enam wartawan dianiaya sejumlah orang berseragam tentara di kawasan Kelurahan Gates Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat, Selasa (29/5/2012) petang. Kamerawan GlobalTV, Budi Sunandar, terluka di bagian telinga kanan dan menerima tujuh jahitan.
Kamera Budi dirampas dan hingga kini belum dikembalikan. Sementara kamera milik kamerawan stasiun televisi lokal FavoritTV, Jamaldi, dihancurkan hingga berkeping-keping.
Kontributor MetroTV, Afriyandi, mengalami luka memar di bagian muka. Wajahnya dipukuli sejumlah orang yang diduga anggota Batalyon Marinir Pertahanan Lantamal II Padang. Sebagian wartawan lain yang juga menjadi korban ialah kamerawan SCTV, kamerawan Trans7, dan fotografer harian Padang Ekspres.
Anggota Fraksi PAN DPRD Padang, Asrizal, yang juga menjadi korban pemukulan serta menderita sejumlah luka lecet, mengatakan, pelaku pemukulan adalah sejumlah oknum anggota Marinir. Ia mengenali beberapa di antara pelaku penganiayaan itu.
Meski demikian, Wakil Komandan Lantamal II Padang Kolonel Laut (P) I Nyoman Mandra belum bisa memastikan pelaku penganiayaan itu. Nyoman mengatakan, masih perlu waktu untuk mengidentifikasi terduga pelaku penganiayaan itu, yang disebutnya sebagai oknum.
Penganiayaan terjadi setelah penertiban terhadap sejumlah kedai yang diduga sebagai tempat praktik asusila oleh Satuan Polisi Pamong Praja Padang dan sebagian anggota masyarakat. Seusai penertiban, sebagian warga mulai dianiaya sejumlah orang berseragam tentara, yang lalu merembet pada penganiayaan terhadap para wartawan tersebut.
Ingki Rinaldi | Nasru Alam Aziz
|
|
Wartawan Terkena Air Keras |
DKI Jakarta |
Jakarta Selatan |
0000-00-00 |
Detail
Wartawan Terkena Air Keras
Jakarta – Sejumlah wartawan terkena “air keras” saat meliput demonstrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (30/3/2012). Mereka antara lain, wartawan Jak TV, Ananto Handoyo, wartawan Al-Jazeera, Boby Gunawan, wartawan Reuters, Louis Bendjamin, dan kamerawan ANTV, Hartono.
|
|
Kartu Memori Wartawan TVOne Dirampas Polisi |
Jakarta |
Jakarta Pusat |
0000-00-00 |
Detail
Ricuh di Gambir, Kartu Memori Wartawan TVOne Dirampas Polisi www.okezone.com / Selasa, 27 Maret 2012
JAKARTA – Kartu memori kamerawan TVOne Adi Hartanto dirampas aparat Kepolisian saat meliput aksi demonstrasi yang berujung ricuh terjadi di Gambir, Jakarta Pusat, sore tadi. Saat sedang meliput aksi unjuk rasa, tiba-tiba seorang polisi melarangnya untuk mengambil gambar. Pasalnya, ada adegan pemukulan aparat terhadap mahasiswa. “10 orang mereka memojokkan saya," kata Adi Hartanto, Selasa (27/3/2012). Ketika itu, Adi diteriaki seorang polisi sebagai provokator. Sontak kawanan polisi bertameng langsung mengepungnya. "Kamera saya langsung diambil, MMC-nya minta diambil. Saya disangka melindungi mahasiswa yang ditangkap," tambahnya. Sang polisi yang mengambil kartu memori kamera tidak diingat Adi. Sebab, yang bersangkutan langsung pergi menuju barisannya. "Yang mengambil menggunakan pakaian polisi dan bertameng," katanya. Tidak hanya itu, kamera Adi juga sempat dirusak. "Tutupnya diambil, kamera saya dirampas, tapi tidak diambil," jelasnya. Selain Adi, wartawan harian Lampu Hijau Rizky Sulistyo juga sempat mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Kamera fotonya sempat dirampas dan ingin dibanting oleh aparat yang berjaga. "Saya lagi ambil gambar tiba-tiba kamera saya direbut dan mau dibanting," katanya. Rizky juga mengaku dipukul, ditendang dan rambutnya dijambak. "Mereka pakai tameng dan saya dipukul pakai rotan," jelasnya.
|
|
Wartawan tvone dilempar batu |
Yogyakarta |
Yogyakarta |
0000-00-00 |
Detail
|
|
Wartawan SCTV Ditikam |
Sulawesi Selatan |
Makassar |
0000-00-00 |
Detail
Zainuddin, wartawan SCTV di Makassar, Sulawesi Selatan, jadi korban penusukan di Makassar, Jumat (30/9/2011). Tersangka penusuk adalah Akbar, tetangga Zainudin sendiri yang selama ini dikenal sebagai pengedar narkotik dan obat-obat berbahaya alias narkoba [baca: Koresponden SCTV di Makasar Jadi Korban Penusukan].
Dua tusukan badik sepanjang 30 sentimeter persis mengarah ke jantung Zainuddin. Ia mengalami luka parah.
Penikaman ini ditengarai upaya balas dendam pelaku karena pernah diberitakan oleh Zainuddin saat tertangkap aparat kepolisian terkait kasus narkoba. (Sumber: www.berita.liputan6.com / 03/10/2011 07:22)
|
|
Sejumlah Wartawan Ricuh dengan SMAN 6 |
DKI Jakarta |
Jakarta Selatan |
0000-00-00 |
Detail
Sejumlah wartawan terluka saat terlibat kericuhan dengan siswa SMA Negeri 6 Jakarta di kawasan Blok M, Jakarta, Senin siang, (19/9/2011). Pagi hari sebelum terjadi kericuhan, sekira 15 wartawan melakukan aksi solidaritas di depan SMAN 6 untuk memprotes kekerasan terhadap wartawan Trans 7, Oktoviardi, yang terjadi dua hari sebelumnya. Selain mengalami kekerasan, kaset milik Oktoviardi juga diambil paksa oleh pelajar yang diduga dari SMAN 6.
Wartawan yang menjadi korban luka-luka akibat kericuhan ini resmi mengadu ke Dewan Pers. Dewan Pers juga menerima surat dari Kepala SMAN 6 Jakarta, Kadarwati Mardiutama. Surat tersebut berisi kronologi dan foto siswa SMAN 6 yang luka-luka akibat ricuh dengan wartawan.
|
|
Wartawan TOP TV Dianiaya |
Papua |
Sorong |
0000-00-00 |
Detail
Wartawan TOP TV, Mufri Ali, diduga dianiaya Bupati Sorong Selatan, Otto Ihalauw, dan ajudannya di depan kantor Bupati Sorong Selatan, Jumat, 9 September 2011, sekitar pukul 09.15 WIT.
Korban menduga, ia dipukul karena sering memberitakan kasus korupsi di Pemkab Sorong Selatan.
Humas Pemkab Sorong Selatan, Julius, membantah bupatinya melakukan pemukulan. Yang memukul adalah ajudannya. Menurutnya, korban dipukul karena kerap memberitakan secara tak berimbang dan subyektif sehingga menyudutkan pemkab Sorong Selatan.
Informasi: http://regional.kompas.com/read/2011/09/09/10330080/Bupati.Sorong.Selatan.Dilaporkan.Pukul.Reporter.TOP.TV.
|
|
Wartawan Indosiar Dianiaya |
Sulawesi Tenggara |
Kendari |
0000-00-00 |
Detail
Dony Oktayudha, wartawan stasiun televisi Indosiar Jakarta yang bertugas di Sulawesi Tenggara diserang oleh demonstran saat meliput demonstrasi sekelompok massa yang diduga mahasiswa di Kendari, Senin (22/8/2011).
Saat itu, Dony sedang mengambil gambar beberapa orang dari pengunjuk rasa yang sedang menganiaya seorang pengguna jalan. Diduga, para pengunjuk rasa tidak terima aksi mereka yang sedang menganiaya seorang pengguna jalan direkam. Tanpa diduga, tiba-tiba saja beberapa orang dari pengunjuk rasa langsung menyerang korban dengan pukulan dan senjata tajam.
Akibat penyerangan ini, Dony mengalami luka serius di bagian tangan kiri hingga harus menjalani perawatan di RS Bhayangkara Kendari.
"Saat saya sedang ambil gambar, tiba-tiba beberapa dari mereka (demonstran) sekitar lima orang menyerang dan memukul saya, dan dua orang yang menyerang saya pakai badik," ujar Dony, seperti diberitakan www.mediaindonesia.com
Kekerasan ini mendapat reaksi keras dari sejumlah organisasi wartawan seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sultra.
Perwakilan kedua organisasi wartawan ini mendatangi markas Polresta Kendari untuk menuntut Kapolresta Kendari AKBP Yuyun Yudhantara memberi keadilan bagi korban dan segera menangkap dan memberikan sanksi tegas terhadap para pelaku.
Sejumlah wartawan mengharapkan agar kepolisian Kota Kendari segera mengungkap kasus ini karena saat ini banyak mahasiswa di Kendari yang selalu membuat kericuhan.
Sumber: Diolah dari berita www.mediaindonesia.com / Selasa, 23 Agustus 2011 11:08 WIB
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/08/23/253305/290/101/Wartawan-Indosiar-Kendari-Diserang-Pengunjuk-Rasa
|
|
Wartawati Jurnal Bogor "Diambil" Paksa |
Jawa Barat |
Bogor |
0000-00-00 |
Detail
Eka Rahmawati (23), wartawati Jurnal Bogor, Selasa (9/8/2011), "diambil" paksa dari kantornya oleh H, pemilik salah satu hotel di Jalan Pajajaran. Pemilik hotel itu marah karena Eka memberitakan hotel miliknya dirazia oleh polisi.
Eka baru bisa dikeluarkan dari hotel itu setelah beberapa rekannya di Kota Bogor mendatangi hotel.
Akibat "penculikan" itu, Eka mengaku tak berani liputan seorang diri lagi. Eka sudah melaporkan hal itu ke Polres Kota Bogor. Kasus ini masih ditangani polisi. (sumber: www.kompas.com)
|
|
Wartawan Tempo TV Pingsan Dipukul |
Jawa Barat |
Bogor |
0000-00-00 |
Detail
BOGOR (tempointeraktif.com) - Wartawan Tempo TV, Syarifah Nur Aida, dipukul hingga pingsan oleh orang tak dikenal kemarin. Pemukulan itu terjadi saat Syarifah meliput penambangan pasir di RT Ol RW 05 Desa Sukamulya, Rumpin, Kampung Bitung, Bogor. Lahan tersebut sudah lama menjadi sengketa antara warga dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
Kejadian itu berlangsung saat Syarifah sedang sendirian. "Ia tidak mendengar atau melihat pelaku, tahu-tahu ia merasa sakit di tengkuknya, lalu pingsan," ujar rekan korban, yang juga berada di lapangan, Mahfud Effendy.
Tim Tempo TV kemudian menemukan Syarifah tergeletak di tengah jalan. Tempat kartu memori di kameranya terbuka. "Memory card-nya ditemukan warga tergeletak tidak jauh dari lokasi Syarifah," ujar Mahfud.
Ketika diungsikan ke rumah warga, seseorang berjaket hitam, yang mengaku dari Pos Keamanan Atang Sendja-ja, datang menanyakan identitas tim Tempo TV. "Ia mengatakan kenapa tidak izin dulu,kan di sini ada pemiliknya."
Menurut Kepala Kepolisian Sektor Rumpin Komisaris Nundun, berdasarkan visum, polisi menduga Syarifah pingsan akibat kelelahan. "Korban dalam keadaan sakit." Luka memar di tengkuk, menurut dia, disebabkan oleh benturan kamera.
Namun Manajer Program Tempo TV Nur Hidayat yakin reporternya mengalami tindak kekerasan. "Korban merasa dipukul. Memar itu membuktikan bahwa dia dipukul." Ia mengatakan tidak akan menghentikan liputan penambangan pasir itu.
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) mengutuk dugaan kekerasan terhadap reporter Tempo TV itu. Ketua Umum IJTI Imam Wahyudi meminta penegak hukum mengusut tuntas kasus ini.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Kolonel Azman Yunus membantah adanya pemukulan terhadap Syarifah. Menurut dia, mengutip laporan polisi, Syarifah pingsan karena sakit. "Apalagi jalan kaki sejak pagi," ujarnya tadi malam.
Sumber: www.tempointeraktif.com / 29 Jul 2011
|
|
Penghalangan Saat Meliput Pesawat jatuh |
Sumatera Barat |
Padang |
0000-00-00 |
Detail
Sejumlah wartawan di Padang, Sumatera Barat, menerima intimidasi, kekerasan dan penghalangan oleh sejumlah oknum anggota Pangkalan Udara TNI AU Padang saat hendak meliput jatuhnya pesawat Aerobatik tipe N 21 H.
Peristiwanya terjadi pada 23 Juni 2011 di tempat jatuhnya pesawat di Kecamatan Koto tengah, Padang, dan di Rumah Sakit Dr. M. Jalil, Padang.
Koalisi Wartawan Anti Kekerasan – Sumatera Barat dalam laporannya ke Dewan Pers menyatakan, wartawan Metro TV, Afriyandi, dipukul oleh oknum TNI AU. Sementara wartawan SCTV dihalang-halangi untuk mengambil gambar. Wartawan Radio KBR 68H, Zulia Yandani, diusir saat mewawancarai warga.
|
|
Kantor Harian Orbit di Rusak |
Sumatera Utara |
Medan |
0000-00-00 |
Detail
Medan - Sejumlah orang mendatangi kantor harian Orbit di Jalan Amir Hamzah, Medan, pada 3 Mei 2011, kemudian melakukan pengrusakan dan penganiayaan terhadap beberapa karyawan Orbit. Diduga kuat pengrusakan dilakukan karena Orbit memuat berita tentang dugaan sebuah perusahaan di Medan membuka praktik perjudian.
Kejadian ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap kebebasan pers dalam mencari dan menyebarluaskan informasi masih terus muncul. Pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pers masih juga memilih menyelesaikan kasusnya dengan kekerasan atau teror kepada wartawan.
Dewan Pers menyampaikan apresiasi kepada Kepolisian yang telah dengan cepat menangkap orang-orang yang diduga kuat melakukan pengrusakan dan kekerasan. Sikap cepat dan tegas yang dilakukan Kepolisian akan mendukung upaya kita bersama untuk mencegah terulangnya kasus kekerasan terhadap pers.
|
|
Pers Tuntut Keadilan untuk Ridwan |
Maluku |
Ambon |
0000-00-00 |
Detail
Enam lembaga dan organisasi pers meminta Komisi Yudisial melakukan eksaminasi terhadap putusan Pengadilan Negeri Tual yang membebaskan para tersangka pelaku pembunuhan Ridwan Salamun. Enam lembaga dan organisasi pers tersebut yaitu Dewan Pers, Komnas HAM, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Wartawan Indonesa (PWI), dan Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI).
Mereka juga meminta Komisi Yudisial memeriksa ketiga anggota majelis hakim terkait pertimbangannya dalam memeriksa dan memutus perkara pembunuhan ini. Ada indikasi majelis hakim belum optimal menggali alat-alat bukti yang ada dan informasi dari para saksi. Permintaan ini tertuang dalam pernyataan bersama yang ditandatangani wakil dari enam lembaga tersebut di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis (10/3).
Selain kepada Komisi Yudisial, enam lembaga tersebut mendorong Komisi Kejaksaan Republik Indonesia untuk menyelidiki dan memeriksa Jaksa Penuntut Umum Jafed Ohelo SH dan Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Tenggara, Rizal Nurdin SH. “Kami juga meminta Kapolri untuk memeriksa penyidik kepolisian yang menangani kasus ini.”
Ridwan Salamun, kontributor Sun TV di Tual, Maluku, terbunuh saat meliput bentrok antarwarga di Tual, Maluku, Agustus 2010. Investigasi yang dilakukan Maluku Media Center atas dukungan Dewan Pers menemukan bukti ia terbunuh ketika melakukan kegiatan jurnalistik. Saat Ridwan diangkut ke mobil dengan kondisi luka parah, ada kamera kecil yang menggantung di lehernya.
|
|
Kekerasan Terhadap Pimpinan Koran Mingguan Palembang |
Sumatera Selatan |
Palembang |
0000-00-00 |
Detail
Kronologi Tindak Kekerasan Terhadap Pimpinan Koran Mingguan Palembang
Selasa, 5 Juli 2011, Pukul 20.00 WIB Dua orang orang datang ke Kantor Media Rakyat. Tujuan mereka mengundang tim redaksi Media Rakyat Palembang untuk beramah tamah sambil makan malam, sambil klarifikasi berita yang pernah dimuat Media Rakyat, tentang penyitaan asset sebuah perusahaan di Palembang.
Pada awalnya, pelaku hanya mengajak Asriel OSm Chaniago (Pemimpin Umum). Tetapi karena malam itu ada enam orang tim redaksi, Pemimpin Umum meminta agar semua yang ada diajak ikutserta. “Kalau mau makan malam, jangan saya sendiri. Kawan-kawan juga diajak,” tutur Asriel.
”Waktu itu hanya dua yang naik ke atas kantor kami dan ingin ketemu pimpinan umum (Asril OSm Chaniago-red). Pimpinan umum kami mengajak keempatnya bicara di kantor, tapi mereka tidak mau, dengan alasan ingin bicara di bawah saja atau di mobil mereka,” ungkap Herna (Pemimpin Redaksi), sembari menahan rasa sakit akibat dibacok kemarin.
Malam itu pelaku dan awak redaksi kemudian meluncur ke Rumah Makam milik Bu Heny. Di Jalan Radial. Karena mobil tidak cukup tempat duduknya, akhirnya sebagian awak redaksi mengiring dua mobil yang membawa Herna Zaldy (Herna Soe), Pemimpin Redaksi Media Rakyat.
”Karena yang ngajak pimpinan umum, lalu kami berenam menggunakan tiga sepeda motor dari kantor meluncur ke rumah makan yang sudah ditentukan pelaku,” tukas Herna.
Selasa, 5 Juli 2011, Pukul 21.00 WIB Di Rumah Makan milik Bu Heny di Jalan Radial, 4 pelaku dan enam orang awak redaksi Media Rakyat, Asriel Chaniago (pimpinan umum), Herna Zaldy (pemimpin redaksi), Akmal Kudus (Redaktur Pelaksana), Syaiful Bahri dan Reza Bastari,(Wartawan) dan Nasrullah (lay outer) memenuhi undangan pelaku, sembari makan malam.
Namun, baru duduk beberapa menit di rumah makan itu, para pelaku yang berjumlah 4 orang langsung emosi dan menyerang awak redaksi dengan membabi buta menggunakan senjata tajam.
”Saya tidak tahu lagi siapa saja yang menusuk kami,yang jelas saya waktu itu sempat mengelak berlari ke arah meja makan, tapi kena tusuk juga. Saya dan kawan-kawan yang terluka beruntung berhasil kabur semua,” tutur Herna.
Keenam korban penganiayaan dan pembacokan yaitu Asriel Chaniago (pimpinan umum), mengalami luka pinggang; Herna Zaldy (pemimpin redaksi),ada luka bacok di bagian tangan kanan dan kiri; Akmal Kudus (redaktur pelaksana), luka di kepala; dua orang wartawan, Syaiful Bahri dan Reza Bastari,menderita luka tusuk di perut; Nasrullah (lay outer) hanya luka ringan.
Selasa, 5 Juli 2011, Pukul 21.20 WIB Para pelaku kabur. Awak redaksi yang terluka dilarikan ke Rumah Sakit Charitas. Sedangkan, Herna yang mengalami luka tusuk di tangan kanan dibawa ke Rumah Sakit Bari Palembang, tetapi kemudian di rujuk ke Rumah Saki Moehammad Hoesin Palembang (RSMH).
Rabu, 6 Juli 2011 Pukul 09.00 WIB Sejumlah wartawan lembaga wartawan di Palembang melaporkan kasus ini ke Polresta Palembang dengan laporan : No LP/5-1752/VII/2011/Sumsel/ Resta.
Rabu, 6 Juli 2011 Pukul 11.00 WIB Koordinator Advokasi Alinasi Jurnalis Independent (AJI) Palembang, Retno Palupi melakukan koordinasi dengan Ketua AJI Palembang, Imron Supriyadi, dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel, Oktaf Riady untuk mnggalang kawan-kawan wartawan melakukan aksi solidaritas, pada Kamis 7 Juli 2011 ke Polresta Palembang dan Kantor DPRD Palembang.
Rabu, 6 Juli 2011 Pukul 11.30 WIB Alinasi Jurnalis Independent (AJI) Palembang, kemudian membuat pernyataan sikap yang berisi kecaman terhadap kekerasan yang menimpa wartawan Media Rakyat, dan dirikim ke sejumlah media.
Kamis, 7 Juli 2011 Pukul 10.00 WIB Lima puluhan wartawan di Palembang melakukan aksi solidaritas dan keprihatinan atas kekerasan yang menimpa wartawan Media Rakyat. Puluhan wartawan mendatangi Polresta Palembang dan DPRD Kota Palembang, dengan tujuan agar pihak terkait segera mengusut tuntas kasus ini.
Palembang, 7 Juli 2011 AJI KOTA PALEMBANG
|
|
Polisi Pukuli Wartawan |
Jawa timur |
Surabaya |
0000-00-00 |
Detail
Surabaya – Polisi melakukan pemukulan terhadap sejumlah wartawan yang sedang meliput pembubaran pawai anggota Falun Gong di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (7/5/2011).
Wartawan yang menjadi korban di antaranya, Lukman Rozak (reporter Trans7), Osca (kameramen News Tang Dynasty/NTD Television, dan Septa (reporter radio Elsinta).
|