JURNALISME KOLABORASI

JURNALISME KOLABORASI
15 Februari 2021 | MediaCentre2

   Setelah satu tahun lamanya masyarakat dunia hidup berdampingan dengan virus Corona, industri media termasuk salah satu yang harus beradaptasi dan mengadopsi tatanan hidup normal yang baru. Selain merealisasikan percepatan penggunaan dalam jaringan dan teknologi digital, perusahaan pers juga membekali jurnalisnya dari ancaman pandemi Corona dengan menyediakan peralatan prokes seperti masker dan hand sanitizer, melakukan tes rapid antigen dan PCR serta menjajaki kemungkinan menyediakan vaksin untuk jurnalis secara mandiri. Pers Indonesia juga diharapkan menjajaki masa depan jurnalisme, yaitu kolaborasi.

   Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien satu dan dua COVID-19 pada 3 Maret 2020, newsroom di Indonesia ketat memproteksi para jurnalisnya dari ancaman COVID-19 dengan mengizinkan jurnalis bekerja dari rumah. Namun demikian, kemudahan ini menghambat proses reportase dan verifikasi. Apalagi sumber berita membuat konferensi pers daring searah tanpa sesi tanya jawab dengan wartawan. Kemudahan lain, jurnalis bisa menyimak webinar lintas negara tentang perkembangan riset virus Corona dan vaksin COVID-19, seperti webinar “Covering the COVID-19 Vaccine: What Journalists Need to Know” hasil kerjasama WHO dan Knight Center for Journalism in the Americas pada 29 Januari 2021. Jurnalis juga menghemat waktu karena sumber berita mengirimkan video dan foto melalui aplikasi daring dan tidak melakukan perjalanan. Tentu saja kemudahan-kemudahan tersebut tidak berlaku saat breaking news. Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di perairan Kepulauan Seribu dan gempa bumi di Sulawesi Barat misalnya, menimbulkan kekhawatiran penularan virus Corona terhadap wartawan karena terjadi kerumunan spontanitas saat melakukan peliputan meskipun masing-masing reporter, juru kamera dan fotografer sudah memakai masker.

   Akibat pandemi, perusahaan media terpaksa memotong gaji, memberhentikan jurnalis atau bahkan menyatakan diri bangkrut karena pemasukan iklan menurun sampai dengan 40 persen atau sama sekali tidak ada. Melihat fenomena ini, Dewan Pers bekerjasama dengan Satgas COVID-19 meluncurkan Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku yang berlangsung antara Oktober sampai dengan Desember 2020. Target utama Fellowship adalah para jurnalis yang terkena PHK dan pemotongan gaji serta memenuhi persyaratan seperti lulus uji kompetensi wartawan dan perusahaan yang mensponsorinya lolos verifikasi perusahaan media oleh Dewan Pers. Meskipun Fellowship ini dibiayai oleh APBN, Satgas COVID-19 mengklaim jurnalis peserta program beasiswa ini tetap independen.

   Di dalam program beasiswa ini, jurnalis dituntut menjadi agen perubahan perilaku dengan mengedukasi publik dalam menghadapi bencana nasional. Wartawan diharapkan menulis berita dengan perspektif perubahan perilaku untuk mencegah penularan COVID-19. Para pewarta memperkaya konten berita yang menekankan perilaku disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Pada bulan September 2020, ada 7.000 jurnalis dari 34 provinsi yang mendaftar melalui aplikasi fellowship, namun hanya 5.000 orang editor dan reporter yang lolos perekrutan. Pada bulan Oktober 2020 tercatat sebanyak 42.105 artikel yang diserahkan dan dipublikasikan di media peserta. Pada bulan November 2020 ada 68.028 artikel dan sampai dengan 13 Desember 2020, ada 17.549 artikel yang masuk dan terbit di media partisipan. Dengan demikian, ada total 127.640 item berita yang masuk dan terbagi ke dalam kategori media cetak 35.964 berita, media siber 58.574 berita, televisi 29.914 berita, radio 3.158 berita dan media ubahlaku 61 berita. Di dalam webinar peserta fellowship dengan pemangku kepentingan pers, Satgas COVID-19 dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada 14 Desember 2020, Ketua Umum PWI Atal Depari menyambut baik Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku. Fellowship bukan hanya membantu jurnalis dalam kondisi perekonomian yang sulit, namun juga menempatkan wartawan di garda depan dalam mendiseminasi informasi tentang protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Ketua Dewan Pers Mohammad NUH mengutip ilmuwan Charles Darwin, bahwa penyintas itu bukanlah yang paling kuat atau paling pintar namun yang paling responsif terhadap perubahan. Dalam hal ini, jurnalis menjadi agen perubahan perilaku saat menghadapi bencana nasional ini. Baik Ketua Umum PWI maupun Ketua Dewan Pers mengharapkan fellowship diperpanjang tiga bulan atau bahkan satu semester pada tahun 2021. Ketua BNPB sekaligus Satgas COVID-19 Doni Monardo merasa sangat terbantu oleh peserta fellowship dalam mengklarifikasi berita tentang pencegahan dan penanggulangan COVID-19 serta memerangi hoax seputar pandemi Corona. Doni berharap fellowship ini bisa dilanjutkan pada tahun 2021. Akhirnya, saat memberikan arahan dan pembekalan untuk para peserta fellowship, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin juga mendukung dilanjutkannya Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku pada tahun 2021.

   Akibat banyaknya iklan layanan masyarakat dan program pemulihan ekonomi yang disponsori Pemerintah Indonesia di medianya, jurnalis segan bersikap kritis. Sponsor Pemerintah ini bertujuan membantu keberlangsungan hidup perusahaan pers saat pandemi, sehingga terkesan jurnalis lebih fokus pada pemulihan ekonomi padahal penularan virus Corona itu sendiri semakin tidak terkendali. Seorang pemimpin redaksi menyebut istilah kolaborasi, bersikap kritis namun aspek bisnis perusahaan pers tetap harus dijalankan. Apalagi tingginya angka harian penularan COVID-19 sejak Desember.



Download