Jakarta (Berita Dewan Pers) – Dewan Pers menggelar acara pisah-sambut anggota Dewan Pers periode 2010-2013 dengan anggota Dewan Pers periode 2013-2016 di Jakarta, Rabu malam (3/4). Acara ini dihadiri, antara lain, Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, mantan Anggota Dewan Pers, pimpinan sejumlah lembaga negara, pengurus organisasi pers, dan tokoh pers.
Anggota Dewan Pers periode 2010-2013 yang telah selesai masa tugasnya yaitu ABG Satria Naradha, Agus Sudibyo, Bagir Manan, Bambang Harymurti, Bekti Nugroho, Margiono, M. Ridlo 'Eisy, Uni Zulfiani Lubis, dan Wina Armada Sukardi.
Tiga dari Sembilan anggota tersebut terpilih kembali untuk masa tugas tiga tahun ke depan, yaitu Bagir Manan, Margiono, dan M. Ridlo 'Eisy. Sedangkan Anggota Dewan Pers periode 2013-2016 lainnya yaitu Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo, Anthonius Jimmy Silalahi, I Made Ray Karuna Wijaya, Imam Wahyudi, dan Nezar Patria.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua Dewan Pers periode 2010-2013, Bambang Harymurti menyatakan, Dewan Pers dalam tiga tahun terakhir telah mengerjakan banyak hal yang membanggakan bagi pers Indonesia. Misalnya, Dewan Pers mewakili pers Indonesia aktif membantu pembentukan Dewan Pers di Timor Leste, Myanmar dan Malaysia. Dewan Pers juga membantu penyusunan UU Pers dan UU Penyiaran di Timor Leste dan Myanmar.
Namun, Bambang menambahkan, di samping semua hal membanggakan itu, menurut lembaga pers internasional, kondisi kemerdekaan pers Indonesia masih separuh merdeka. Salah satu penyebabnya, masih banyak wartawan yang dijerat hukum dengan ancaman hukuman penjara.
“Semoga Dewan Pers yang baru bisa memperjuangkan masalah ini. Supaya soal pencemaran nama baik menjadi perkara perdata. Sehingga hambatan yang membuat pers Indonesia belum merdeka, untuk skala dunia, bisa kita hilangkan,” katanya.
Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, meminta semua pihak untuk mendukung kerja-kerja Dewan Pers ke depan. “Doa dan kesediaan bapak-ibu untuk mendukung pekerjaan Dewan Pers dan pers secara keseluruhan, akan sangat menentukan keberhasilan pada masa depan,” ujarnya.
Independensi
Saat menyampaikan sambutan, Menteri Tifatul Sembiring memberi perhatian terhadap persoalan independensi redaksi pers menghadapi pengaruh pemilik di satu sisi, dan pers sebagai industri di sisi lain. Menurutnya, idealisme wartawan saat ini sedang dipertaruhkan karena pers telah menjadi industri. “Ke depan tugas Dewan Pers tidaklah ringan,” ungkapnya.
Ia melihat ada tarik menarik yang semakin keras antara idealisme pers dan kepentingan pers sebagai industri, juga antara pers dengan pihak lain. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini memberi contoh sambil bertanya, apakah sebuah pers boleh digunakan oleh pemiliknya untuk menyerang orang yang sedang berkonflik dengan dia, sedangkan orang tersebut tidak punya media.
Menanggapi pernyataan Menteri tersebut, Ketua Dewan Pers periode 2000-2003, Atmakusumah berpendapat, hanya pers yang berusaha keras untuk independen yang akan bisa bertahan. Pertarungan antara wartawan yang idealistik dan pemilik pers akan terus berlangsung. “Pada akhirnya yang menentukan adalah penonton,” imbuhnya.
Atma memberi perhatian khusus terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia yang dapat menghambat perkembangan kebebasan ekspresi dan pers. Ia berharap Dewan Pers terus aktif mengevaluasi Rancangan Undang-Undang yang terkait pers.
Menurutnya, dalam beberapa tahun ini Dewan Pers berperan tidak hanya sebagai mediator persoalan berita pers, tetapi juga telah banyak berperan memperjuangkan kebebasan ekspresi di Indonesia. Peran Dewan Pers juga dirasakan oleh kalangan pers di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Myanmar, dan Timor Leste.
“Saya berharap Dewan Pers akan terus melanjutkan kritik, agar pasal-pasal yang tidak sesuai dengan kepentingan sebuah negara demokrasi, dicabut,” tegasnya. (red)