Pertumbuhan Media Cetak Diprediksi Stagnan

images

Jakarta -- Pertumbuhan media cetak diperkirakan stagnan. Direktur Roy Morgan Kawasan Asia Debnath Guharoy mengatakan asumsi itu disebabkan oleh rencana perusahaan Inggris, Plastic Logic, meluncurkan produk media digital pengganti surat kabar.

"Kami tidak hanya mampu menciptakan produk media digital. Bahkan, jika sudah diperlukan, saat ini kami mampu memproduksinya," kata Debnath di Jakarta kemarin mengutip ucapan juru bicara Plastic Logic seperti dilansir oleh televisi BBC.

Debnath menjelaskan saat ini Plastic masih terus mengembangkan teknologi ini. Ia menggambarkan media digital ini berupa lembaran plastik yang terbuat dari silikon. Dengan media itu, setiap orang dapat mengakses berbagai informasi media masa hanya dengan satu lembar plastik.

Penggunaan teknologi itu persis seperti penggunaan akses Internet lewat telepon seluler. Hanya, media itu berukuran lebih besar atau seukuran kertas HVS dan lentur. Jika penetrasi teknologi ini bisa cepat diluncurkan ke pasar, Debnath yakin masyarakat akan cepat beralih menggunakan teknologi ini.

"Masa depan media masa akan beralih menggunakan medium plastik. Saya yakin itu bisa tercapai dalam lima tahun ke depan," ujarnya. Debnath juga menerangkan Morgan telah melakukan survei terhadap konsumsi masyarakat Indonesia terhadap media cetak selama 2006.

Dari hasil penelitian itu, ia menerangkan konsumsi masyarakat terhadap media cetak cenderung menurun. "Penurunan konsumsi itu terjadi di hampir semua media cetak, baik majalah, tabloid, maupun koran," kata Debnath. Ia berpendapat penurunan itu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak.

Namun, kata dia, dari 25 ribu responden yang ia survei di 16 provinsi, penurunan daya beli itu tidak mempengaruhi minat baca masyarakat. "Sekitar 15 juta masyarakat Indonesia masih memiliki minat baca," ujarnya.

Meski daya beli masyarakat sempat menurun, Direktur Pemasaran Kompas Lukas Wijaya menilai media cetak akan terus tumbuh secara moderat. Pertumbuhan itu didukung oleh penguatan nilai kurs rupiah dan penurunan inflasi.

Hal yang sama diakui konsultan media Maman Achjuman. Menurut dia, daya beli masyarakat akan terlihat jelas pada pertengahan Maret 2007 setelah pemerintah mengeluarkan anggaran pendapatan dan belanja negara. Ia berpendapat kucuran dana itu berpengaruh terhadap peningkatan perputaran uang.

Tahun 2007 adalah tahun yang cukup berat bagi industri media. Pasalnya, pasar yang dikelola tidak sebanding dengan pertumbuhan industri media. "Pasarnya cuma satu, yang ngerubutin banyak," kata Maman. Karena itu, ia memperkirakan hanya media cetak yang mampu membaca kebutuhan konsumennya yang akan tetap bertahan.

Bagi Sekretaris Jenderal Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia Irfan Ramli, persaingan bisnis media cetak baru hanya mungkin dimenangi oleh media yang bisa membuat segmentasi pembaca yang lebih spesifik. Segmentasi itu diperlukan untuk melayani kebutuhan konsumsi masyarakat yang semakin sempit.

Cukup sulit bagi media baru untuk merebut pasar dengan segmentasi layanan yang general. "Kecuali bagi media yang sudah menjadi market leader," ujar Irfan. Ia mencontohkan, meskipun media cetak besar, seperti Kompas ataupun Jawa Pos, berusaha merebut pelanggan di sejumlah daerah, minat masyarakat setempat terhadap koran lokal tidak pernah tergoyahkan. Riky ferdianto

 

Harian Koran Tempo, 25 Januari 2007
By Administrator| 25 Januari 2007 | berita |