Reality Show: Fakta atau Rekayasa

images

Jakarta (Berita Dewan Pers) - Para pembuat acara reality show di televisi seharusnya memberi penjelasan kepada masyarakat apakah tayangan yang dibuatnya adalah fakta atau hasil rekayasa. Sebab banyak pihak meragukan kebenaran dari tayangan tersebut. Kalau benar sebuah reality show adalah hasil rekayasa namun tidak dijelaskan di dalam tayangannya, maka dapat disebut sebagai kebohongan publik.

Pendapat tersebut dikemukakan Anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudi, saat menjadi pembicara dalam program Dewan Pers Kita bertema “Reality Show: Fakta atau Rekayasa” yang disiarkan TVRI akhir Agustus lalu. Pembicara lain yaitu budayawan Arswendo Atmowiloto dan Managing Director Creative Indigo Production, Robby T. Winarka.

Menurut Alamudi, jika dalam tayangan reality show terdapat fakta dan rekayasa, seharusnya publik diberitahu bagian mana yang fakta dan rekayasa. Tanpa pemberitahuan semacam itu, publik menganggap semua tayangan itu fakta. ”Seolah-olah itu kejadian benar. Itu kebohongan publik,” katanya.

Ia mendorong masyarakat untuk aktif mengontrol televisi dengan cara mengirim protes untuk setiap tayangan yang dianggap tidak pantas atau melanggar aturan. ”Banjiri dengan surat protes,” pintanya.

Arswendo berpendapat, reality show lebih tepat disebut reality tv. Di dalamnya, yang paling pokok, ada aktualitas dan tidak ada skenario. Ia sependapat kalau masyarakat tidak cukup terinformasikan mengenai kebenaran tayangan reality show yang ada di televisi saat ini. Belum ada tradisi mengungkap hal semacam itu yang kemudian memunculkan tudingan bahwa televisi telah melakukan kebohongan publik.

Menurutnya, kesuksesan acara reality show karena masyarakat urban, seperti di Indonesia, suka ditampilkan di televisi.

Sementara Robby menjelaskan ada beberapa jenis reality show. Ada reality show yang berisi fakta tanpa rekayasa. Ada juga yang sebagian pelakunya direkayasa. Biasanya penambahan pelaku berskenario dilakukan untuk mendramatisir cerita.

Sebelum reality show ditayangkan, Robby mengungkap, terlebih dulu meminta izin pada para pelaku yang ada di dalam tayangan. Umumnya mereka setuju ditayangkan karena berharap orang lain tidak mengalami nasib yang sama dengan yang dialaminya. Mereka biasanya juga mendapat imbalan.*


SMS PENONTON

Reality TV bagus untuk menyatakan fakta kepada masyarakat. Namun jika itu dibalut dengan kekerasan, artinya kita membudidayakan kekerasan. Reality menarik tapi harus tetap mendidik. (085213332xxx)

Reality TV bagus. Mungkin dengan adanya acara seperti ini semakin membuat masyarakat sadar akan perbuatan/prilaku yang pernah mereka perbuat. Kalau tujuannya baik kenapa tidak? Ok. (085814712xxx)

Menurut saya acara reality show itu kebablasan karena ada unsur penipuan, pemaksaan & penghinaan. (dari Alfon di Medan)

Menurut saya semua reality show itu harus dikaji dahulu, sebelum ditayangkan oleh pihak yang bertangung jawab, tentang manfaat baik dan buruknya bagi masyarakat. (dari Amrin di Indramayu)

By Administrator| 01 Oktober 2009 | berita |