Jakarta (Berita Dewan Pers) – Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, mendorong kalangan pers untuk meningkatkan solidaritas menghadapi peristiwa kekerasan terhadap wartawan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Wartawan Merauke TV di Merauke ditemukan tewas dan diduga kuat dibunuh. Sementara di Maluku Tenggara, wartawan SUN TV dibunuh saat meliput kerusuhan antarwarga.
Pers dalam struktur kekuasaan di Indonesia berada di posisi lemah. Karena itu, solidaritas antarsesama wartawan menjadi modal utama untuk menguatkan pers. “Betapa pentingnya kita membangun solidaritas di antara kita semua agar kita dapat kuat dan dipandang orang lebih baik di masa datang. Masih banyak yang perlu kita perjuangan,” kata Bagir Manan saat memberi sambutan dalam acara halalbihalal yang selenggarakan Dewan Pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis (23/09/2010).
Bagir menambahkan, penyerangan dua jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Bekasi awal Agustus lalu menyedot perhatian berbagai pihak, termasuk Presidan, dan dikaitkan dengan kebebasan berekspresi. Namun, ia melihat tidak ada kesan yang sama dalam peristiwa terbunuhnya wartawan. Padahal, kekerasan itu menyangkut kebebasan pers yang menjadi hak publik dan dibutuhkan dalam demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa kebebasan pers. “Mengapa sampai peristiwa semacam ini tidak mendapatkan perhatian yang tinggi dari semua orang?” katanya.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Agung ini, pembunuhan terhadap wartawan bukan sekadar soal pembunuhan tapi menyangkut eksistensi dan hakikat pers yang bebas.
Dalam sambutannya, Bagir juga meminta kalangan pers profesional untuk bersama mencari langkah terbaik menghadapi wartawan gadungan—atau yang biasa disebut wartawan abal-abal. Keberadaan mereka sangat meresahkan masyarakat. “Saya titipkan hal ini untuk kita carikan jalan terbaik,” tambahnya.
Acara halalbihalal ini dihadiri sejumlah mantan anggota Dewan Pers dan tokoh pers seperti Jakob Oetama, Rosihan Anwar, dan Atmakusumah Astraatmadja. (sam)