Jakarta, 11 November 2023 – Kondisi media saat ini yang mengalami senjakala disebabkan berbagai jenis faktor. Salah satu yang paling banyak disoroti adalah tren konsumsi media yang berubah seiring perkembangan teknologi di era digital. Untuk itu dibutuhkan kejelian dalam mengelola media di masa sekarang.
Hal itu diungkapkan Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Dewan Pers, Totok Suryanto dalam Seminar Nasional “Jurnalistik yang Mengancam Jurnalisme”, di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Rabu (8/11/2023). Seminar ini diselenggarakan oleh Dewan Pers sebagai rangkaian dari Pekan Anugerah Dewan Pers 2023.
“Saat ini, semua makin variatif akibat adanya teknologi, disrupsi digital, artificial intelligence, serta gaya dan kebutuhan hidup yang berubah. Oleh karena itu, jurnalisme harus kembali kepada kepentingan publik,” tuturnya.
Penjelasan Totok tersebut didukung oleh CEO Harapanrakyat.com, Subagja Hamara. Sebagai pemimpin perusahaan media yang berhasil mentransformasi media analog ke media daring, Subagja memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni agar media mampu bertahan di tengah perubahan zaman dan menghasilkan profit.
Menurutnya, saat ini media ramai-ramai hijrah dari moda analog ke daring. Namun, tidak semuanya mampu bertahan dan mendulang keuntungan finansial.
“Kenapa media online stuck, karena mereka tidak tahu bagaimana cara distribusi konten. Kelemahan media online lokal ada di teknologi, pengetahuan, jaringan dan peluang bisnis,” ujar Subagja.
Media harapanrakyat.com yang dipimpinnya membagi konten pada tiga topik yang menjadi dasar distribusi dan target bisnis. Topik pertama adalah berita lokal berupa peristiwa, politik dan tematik. Topik kedua adalah berita trending berupa berita-berita yang viral di medsos, berita artis dan isu politik nasional. Topik ketiga adalah artikel-artikel dengan kata kunci volume pencarian tinggi di Google (SEO).
“Kami membagi 3 jenis konten dengan tim yang berbeda. Setiap jenis konten memiliki target bisnisnya masing-masing,” ujar Subagja.
Harapanrakyat.com saat ini berhasil menjadi media daring lokal yang menyasar wilayah Priangan Timur, Jawa Barat. Menurut Subagja, sesungguhnya media lokal tetap berpeluang untuk maju dan sukses. Terdapat tiga peluang yang seharusnya bisa dilirik para pemilik media lokal yang ingin mempertahankan eksistensi mereka.
“Pertama, media lokal mudah membentuk segmen pembaca berdasarkan geografis. Kedua, gaji karyawan tidak terlalu tinggi, namun SDM bisa dioptimalkan untuk mengerjar target pendapatan dari programmatic dan monetisasi tech company. Ketiga, ketika berhasil membentuk segmen pembaca lokal, itu bisa menjadi peluang untuk mengoptimalkan pendapatan dari pasar lokal,” katanya.
Gen Z
Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Liputan6.com, Elin Yunita menyebutkan, terdapat tantangan lain yang dihadapi media saat ini, yakni perubahan pola konsumsi media para generasi muda atau Gen Z. Elin lantas mengutip Digital News Report 2023 yang dikeluarkan Reuters Institute for the Study of Journalism. Laporan tersebut menyebutkan bahwa generasi muda atau Gen Z lebih banyak mengonsumsi berita melalui media sosial.
“Pertanyaannya adalah, apakah media sudah tidak relevan lagi bagi mereka? Dan apakah media masih memiliki masa depan? Saya selalu optimis bahwa jurnalisme akan bertahan bahkan hingga 1.000 tahun lagi. Saat ini, tantangan yang kita hadapi adalah kurangnya kepercayaan, polarisasi politik, dan mencari model bisnis yang tepat,” tutur Elin.
Elin mengungkapkan, Liputan6.com terus berupaya untuk meningkatkan kepercayaan pembaca, terutama Gen Z. Salah satunya adalah dengan membuat platform cek fakta. Platform ini tak hanya meningkatkan kepercayaan, tetapi juga pemasukan.
“Para pegiat cek fakta kami latih untuk melihat informasi hoaks dan bagaimana mengidentifikasinya. Cek fakta ini bisa dimonetisasi lewat kerja sama dalam hal ini dengan Facebook, dan kita juga mengajukan grant,” jelasnya.
Tips mengelola media lainnya diungkapkan Ketua Komisi Penelitian dan Pendataan Dewan Pers, Atmaji Sapto Anggoro. Menurut sebuah survei, terungkap bahwa Gen Z lebih banyak memutuskan untuk berlangganan media daring premium ketimbang generasi-generasi sebelumnya. Dengan begitu, Sapto pun menyarankan agar media daring premium bisa didorong sebagai alternatif pengelolaan media.