Yogyakarta -- Menjadi seorang jurnalis yang profesional bukan hanya sekadar menginformasikan sesuatu. Namun sejak dalam proses mencari informasi, mengolah dan menyampaikan berita, jurnalis harus memikirkan dampak berita yang dibuat. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, saat memberikan sambutan pada Talk Show Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial yang merupakan bagian dari rangkaian Dewan Pers Sambang Kampus di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta, Senin, (21/08/2023).
Dalam konteks ini, Ninik menyoroti peran penting jurnalisme warga. Di dunia yang didominasi oleh media sosial, siapa pun dengan gawai pintar dapat menjadi “jurnalis” amatir. “Namun, perlu memastikan informasi yang disebarkan oleh jurnalis warga akurat, bertanggung jawab, dan tidak merugikan pihak lain. Seorang jurnalis tidak bisa hanya mencari, mengolah, dan menyebarkan. Dia punya tanggung jawab untuk mengukur dampak dari pemberitaan," ujar Ninik.
Ninik juga menggambarkan evolusi media yang memengaruhi perubahan dalam perilaku konsumen untuk mendapatkan informasi. Meskipun format dan medium konten telah berubah selama beberapa dekade terakhir, kebutuhan manusia terhadap konten tetap konstan. “Karena itu kita dihadapkan pada tantangan yang menekankan karya jurnalistik berkualitas,” tambahnya.
Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta, Prof. Mohamad Irhas Effendi, yang hadir membuka kegiatan tersebut juga mengemukakan hal senada. Dikatakannya, kemerdekaan pers harus dilakukan secara bertanggung jawab agar informasi yang disampaikan kepada masyarakat tidak menghakimi dan tidak menyebabkan hoaks. “Di era keterbukaan informasi, ada ruang bagi masyarakat untuk melakukan kontrol sosial,” kata Irhas.
Irhas juga menekankan peran mahasiswa dalam dunia jurnalisme. Dia menggambarkan mahasiswa saat ini memiliki peran yang signifikan dalam membangun opini dan persepsi masyarakat melalui media sosial. Namun, ia juga mengingatkan bahwa kontrol sosial yang mereka lakukan harus berdasarkan data dan informasi yang akurat.
Di sisi lain, Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Dewan Pers, Asmono Wikan, mengatakan Dewan Pers Sambang Kampus merupakan upaya Dewan Pers untuk terus menyemai nilai-nilai kemerdekaan pers, demokrasi dan jurnalisme berkualitas bagi generasi mendatang, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbiasa dengan istilah content creator daripada jurnalis. “Kita ingin meliterasi mahasiswa tentang jurnalisme, supaya masa depan jurnalisme yang berkualitas benar-benar bisa dipertahankan di tengah begitu banyak gempuran isu-isu negatif di sana-sini,” jelasnya.
Kegiatan Dewan Pers di UPN “Veteran” Yogyakarta ini adalah kegiatan yang pertama kali menggunakan tajuk dalam Bahasa Indonesia, yakni Sambang Kampus setelah sebelumnya bernama Goes to Campus. Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Selain talk show, acara tersebut juga menampilkan tiga orang mahasiswa yang memberikan pandangannya tentang kemerdekaan pers dan jurnalisme Indonesia masa depan dalam sesi orasi panel. (zil/fir)