Dewan Pers Goes to Kampus: Menyemai Kemerdekaan Pers dari Kaum Muda

images

Mahasiswa dan civitas akademika di kampus perguruan tinggi merupakan salah satu pemangku kepentingan strategis bagi Dewan Pers. Terutama dalam keterlibatannya untuk merawat kemerdekaan pers dan memperkuat demokrasi. Apalagi, mahasiswa juga merupakan generasi penerus insan pers di masa datang, yang perlu memahami ekosistem pers terkini, khususnya mengenai jurnalisme berkualitas.

Menyadari posisi penting mahasiswa dan perguruan tinggi tersebut, Dewan Pers menginisiasi program Goes to Campus, di kampus FISIP, Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Rabu (5/10/2022). 

Mengusung tema Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial, acara yang dihadiri 260 mahasiswa FISIP Undip itu, dibuka oleh Wakil Dekan I FISIP Undip, Teguh Yuwono. Teguh mengapresiasi kegiatan ini sebagai bagian dari upaya mendekatkan kampus dengan para pemangku kepentingan. "Informasi tentang pengalaman dan praktik dalam ekosistem pers dari para narasumber, akan menjadi aset berharga bagi mahasiswa," ujarnya. 

Dikemas dalam bentuk talkshow, empat narasumber tampil memaparkan sudut pandang masing-masing terkait tema yang diangkat. Mereka adalah Wakil Ketua Dewan Pers, M Agung Dharmajaya, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Semarang, Aris Mulyawan, pemerhati media sosial, Shafigh Pahlevi L, dan Kepala Departemen Ilmu Komunikasi Fisip Undip, Nurul Hasfi. Bertindak sebagai moderator adalah Ketua Komisi Pemberdayaan Organisasi Dewan Pers, Asmono Wikan.

Agung memaparkan tentang pentingnya kepatuhan terhadap kode etik jurnalistik yang harus dilaksanakan para jurnalis. Begitu pula dengan pemenuhan terhadap standar perusahaan pers. "Idealnya, produk jurnalistik yang berkualitas lahir dan berkembang dari lembaga pers yang sudah terverifikasi pula," tegasnya. Sehingga kelak ketika ada sengketa pemberitaan yang melibatkan lembaga pers bersangkutan, Dewan Pers bisa melindungi.

Memperkuat pandangan tersebut, Aris Mulyawan mengungkap kegelisahannya tentang masih tingginya angka kekerasan terhadap wartawan di tanah air. Melansir data AJI, sepanjang 2021, tercatat 43 wartawan mengalami kekerasan saat menjalankan tugasnya di lapangan. Sementara pada tahun 2022 ini terjadi tindak kekerasan terhadap 34 wartawan. Situasi demikian sungguh merupakan sebuah ancaman bagi praktik kemerdekaan pers di tanah air.

Jurnalisme Warga
Bagaimana dengan keterlibatan publik atau warga dalam menyemai kemerdekaan pers? Nurul Hasfi mencoba menjelaskannya dalam perspektif jurnalisme warga. Menurutnya, perkembangan jurnalisme warga akan sangat memengaruhi kualitas kemerdekaan pers. Dengan menunjuk antara lain Oh My News dari Korea Selatan sebagai medium jurnalisme warga yang berpengaruh, ia berharap di Indonesia keberlangsungan jurnalisme warga juga semakin menguat di masa datang.

Keterlibatan warga dalam denyut kehidupan sosial kian meruyak sejatinya sejak booming penggunaan media sosial. Baik untuk percakapan pribadi dan sosial, maupun untuk kepentingan komunikasi korporat. Shafigh mencoba memotivasi mahasiswa yang hadir dalam forum tersebut agar lebih hati-hati dalam bermedia sosial. Lebih tegasnya, agar menjadikan media sosial sebagai medium edukasi, alih-alih untuk menebar hoaks.

Menurutnya, media sosial adalah medium visual. "Semakin visual konten di media sosial, semakin mudah mendapat atensi warga net," ujarnya. Ia lalu mencontohkan betapa kuatnya pengaruh media sosial untuk mengampanyekan sebuah isu atau peristiwa. Hanya berbekal kampanye di media sosial, ia dan komunitasnya berhasil menggarap sebuah destinasi baru di perbatasan Kendal dan Semarang, bernama Pasar Karetan dengan mengaktivasi kegiatan kuliner dan beragam permainan. "Agenda tersebut mampu mendatangkan 5.000 pengunjung," ungkap Shafigh penuh bangga.

Di pengujung acara, Asmono membagi sejumlah buku kepada para peserta yang bertanya. Agenda Dewan Pers Goes to Campus direncanakan akan bergulir ke kota-kota lain di seluruh Indonesia. Tunggu kami di kota Anda! (asw)

By MediaCentre2| 08 Oktober 2022 | berita |