Peran Pers Penyampai Kebenaran

images

ers makin diperlukan untuk menjadi pilar penegak penyampaian kebenaran, pers makin diperlukan sebagai pilar penegak fakta-fakta. Pers makin diperlukan sebagai pilar penegak aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat,” ujar Presiden.Selain itu, Presiden juga meyakini peran penting pers untuk membangun narasi-narasi kebudayaan dan peradaban baru Tanah Air. Apalagi saat ini teknologi berkembang dengan begitu cepat dan tidak bisa dihindari. “Pers makin diperlukan untuk 
turut membangun narasi-narasi kebudayaan baru, membangun narasi peradaban baru, memotret masyarakat yang bergerak semakin cepat dan semakin efisien yang sekarang melahirkan era revolusi industri 4.0 yang berbasis kepada digitalisasi, kekuatan komputasi, dan analitik data,” ucap Presiden. Presiden yang hadir didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo pun menaruh harapan besar kepada pers Indonesia agar semakin inovatif dan optimis dalam melahirkan produk jurnalistik yang berkualitas untuk masyarakat.
Menjadi “wartawan” Ada yang berbeda pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2018, yang digelar di Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat itu. Presiden Joko Widodo bertukar peran dengan seorang wartawan. Hal tersebut dilakukan Kepala Negara karena dirinya ingin berbagi pengalaman saat dicegat oleh wartawan di sela aktivitasnya. Bahkan, terkadang para wartawan mencecar pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Ia pun mengundang salah seorang wartawan yang hadir untuk naik ke atas panggung. Terpilihlah Muhammad Yusri Nur Raja Agam, wartawan dari Surabaya yang me
ngaku sudah menjalani profesi wartawan selama 40 tahun. “Saya minta Pak Yusri jadi presiden, saya yang jadi wartawan. Nanti saya tanya gantian mumpung pas hari pers. Bapak jadi presiden, saya jadi wartawan,” pinta Presiden Jokowi. Dengan rasa percaya diri, Yusri pun langsung memainkan perannya sebagai seorang Presiden. “Baik bapak saudara wartawan, apa yang mau ditanyakan?” tanya Yusri. Presiden Jokowi pun menyampaikan sejumlah pertanyaan layaknya seorang wartawan. Mulai dari jajaran Menteri Kabinet Kerja yang diang-gap paling penting hingga media yang dianggap menyebalkan. Untuk menteri yang paling penting, Yusri menjawabnya Menteri Komunikasi dan Informatika. “Supaya informasi disampaikan mulai dari kota sampai ke desa, semua menerima informasi dan komunikasi. Termasuk informasi politik,” ujar Yusri menjelaskan alasannya.
Sementara itu untuk media yang paling menyebalkan, pertanyaan tersebut diajukan Presiden Jokowi bukanlah tanpa alasan, karena terkadang dirinya merasa sebal dan jengkel dengan pertanyaan wartawan yang mudah di awal namun sulit di pertengahan wawancara. “Nah sekarang sa-ya tanya ke Pak Presiden, media apa yang paling menyebalkan, yang bapak sering jengkel? Jawab blakblakan Pak Presiden,” tanya Presiden Jokowi.   Yusri pun menjawab, “Media abal-abal,” jawabnya. Namun, Presiden langsung membantahnya dengan menyatakan bahwa semua media yang terdaftar di lingkungan istana adalah media resmi. “Tidak ada di likungan Istana media abal-abal, medianya resmi semuanya, tapi banyak yang menyebalkan, sampaikan apa adanya, yang mana Pak?” kata Presiden Jokowi yang masih berperan sebagai wartawan. Dengan spontan, Yusri pun menjawab  dengan menyebut salah satu media  yang disambut tawa  para hadirin. “Pak Presiden ini blak-blakan seperti perasaan saya. Sama persis,” ujar Presiden Jokowi yang ikut tertawa mendengar jawaban Yusri. Sambil tersenyum, Presiden Jokowi pun meminta Yusri kembali ke tempatnya dan mengambil sepeda sebagai hadiah.

By AdminMediaCentre| 25 September 2018 | berita |