Dewan Pers Dorong Pemanfaatan AI untuk Optimalisasi Laporan Keuangan

Dewan Pers Dorong Pemanfaatan AI untuk Optimalisasi Laporan Keuangan

Jakarta, – Pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam dunia keuangan kini semakin tak terelakkan. Teknologi ini diyakini mampu mempercepat penyusunan laporan keuangan, meningkatkan akurasi data, hingga membantu pengambilan keputusan strategis berbasis analisis real-time.

Hal tersebut mengemuka dalam diskusi publik yang digelar Dewan Pers bertajuk “Penggunaan AI untuk Pembuatan dan Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Pers” di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Selasa (23/9/2025).

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Dr. Rosarita Niken Widiastuti, Ketua Komisi Kemitraan, Hubungan Antar Lembaga, dan Infrastruktur sekaligus Wakil Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers. Hadir pula Totok Suryanto selaku Wakil Ketua Dewan Pers, serta Andika Yunisar Putri, Business Development Mekari Jurnal, yang berbagi pengalaman praktis mengenai penggunaan AI di sektor akuntansi.

Dalam paparannya, Niken menjelaskan perjalanan panjang perkembangan AI di dunia akuntansi. Sejak 1960-an, riset awal memang sudah dilakukan, meski masih sebatas eksperimen. Kemudian pada 1980-an, teknologi ini mulai digunakan untuk analisis data dan pengenalan pola transaksi bisnis.

Memasuki era 2010-an, hadir machine learning dan natural language processing (NLP) yang mempermudah tugas rutin, seperti klasifikasi transaksi. Kini, di era 2023 ke atas, teknologi semakin maju dengan hadirnya Robotic Process Automation (RPA) dan Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs), yang membuat audit dan pelaporan jauh lebih cepat dengan tingkat akurasi yang tinggi.

“AI bukan hanya soal otomatisasi pencatatan, tetapi juga menghadirkan analisis cerdas, deteksi fraud, serta penyusunan laporan real-time yang siap dipresentasikan,” jelas Niken.

Ketua Komisi Kemitraan, Hubungan Antar Lembaga, dan Infrastruktur, Rosarita Niken Widiastuti. (Foto: Dewan Pers/ Muzzamil Al Ghifari/)

Menurut Niken, ada lima manfaat besar yang bisa diperoleh dari penerapan AI dalam laporan keuangan. Pertama, otomatisasi pencatatan transaksi yang mampu mengurangi beban kerja manual. Kedua, peningkatan akurasi hingga 99 persen, sehingga meminimalisir kesalahan manusia. Ketiga, kemampuan analisis cerdas untuk mendeteksi anomali atau potensi fraud.

Keempat, penyusunan laporan real-time yang membantu manajemen dalam mengambil keputusan lebih cepat. Kelima, laporan yang dihasilkan lebih ringkas, visual, dan siap digunakan untuk kebutuhan strategis, baik untuk investasi maupun pengembangan usaha.

Diskusi ini juga menampilkan studi kasus dari pelaku usaha kecil. Uni Runi, pemilik rumah makan Padang, berbagi pengalaman menggunakan platform AI Accounting+.

Dengan sistem tersebut, Uni Runi hanya membutuhkan waktu 60 menit untuk menghasilkan laporan laba rugi dan arus kas. Sebelumnya, proses ini memakan waktu berhari-hari dengan risiko kesalahan yang tinggi. “Efisiensi waktu meningkat 85 persen, risiko salah hitung turun hingga 90 persen, dan saya mendapat rekomendasi bisnis berbasis data yang bisa langsung diterapkan,” ujarnya.

Beberapa teknologi inti yang menopang AI dalam akuntansi antara lain NLP untuk membaca dokumen keuangan, machine learning untuk memprediksi tren, RPA untuk mengotomatisasi pekerjaan berulang, serta CAATs untuk mempercepat proses audit.

Sementara itu, beberapa platform populer di Indonesia dan global yang banyak digunakan adalah Mekari Jurnal dengan fitur AI Airene, VIC.AI untuk otomatisasi tagihan, Zeni dan Grydlex untuk pembukuan otomatis, hingga Tableau dan PowerBI yang menghadirkan visualisasi data interaktif.

Niken menegaskan bahwa integrasi AI ke dalam proses keuangan adalah langkah strategis yang tidak bisa ditunda lagi. “Dengan memahami evolusi teknologi dan memanfaatkan AI, perusahaan pers maupun sektor bisnis lainnya bisa meningkatkan daya saing secara signifikan,” tegasnya.

Dewan Pers berharap, melalui penerapan AI, akuntan dan manajemen perusahaan pers tidak lagi terbebani dengan pekerjaan teknis berulang. Sebaliknya, mereka dapat lebih fokus pada analisis, strategi, serta inovasi bisnis yang mendukung keberlanjutan di era digital.(*)