Pers Harus Berubah Hadapi Konvergensi

images

Manado (Berita Dewan Pers) – Persoalan konvergensi media terus menjadi pembicaraan komunitas pers Indonesia. Sebab, konvergensi media sebagai akibat perkembangan teknologi komunikasi dan tuntutan efisiensi, telah mendorong perubahan dalam proses pembuatan konten berita dan distribusinya.

Konvergensi media mendorong terjadinya reorganisasi di dalam manajemen bisnis media dan pengelolaan ruang redaksi. Saat ini, media-media besar di Indonesia terus berbenah untuk mengintegrasikan cara distribusi konten melalui audio, visual, teks cetak dan online ke dalam satu gerak. Kemampuan kerja wartawan dalam berbagai sisi (wartawan multitasking) juga terus ditingkatkan.

Banjir informasi dan tuntutan berita cepat saji tidak boleh menyebabkan wartawan meninggalkan jurnalisme yang menjunjung tinggi etika dan profesionalisme. Wartawan harus menggunakan teknologi dengan penuh tanggung jawab dan sebagai satu seni.

Demikian beberapa pemikiran yang berkembang dalam Konvensi Media Massa dengan subtema Pers Menghadapi Tantangan Konvergensi Media yang digelar di Novotel Manado, Sulawesi Utara, Jumat (8/2). Hadir sebagai narasumber, Wahyu Muryadi (Pemimpin Redaksi majalah Tempo), Trias Kuncahyono (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas), dan Ronny Sugiadha (Managing Director Okezone.com).

Konvensi Media Massa dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2013 ini mengambil tema utama “Pers Merajut Kejayaan Indonesia.” Konvergensi media menjadi salah satu subtema yang dibahas di dalam Konvensi. Subtema lain yang dibahas secara terpisah yaitu “Tantangan Pers Menyelamatkan Budaya Indonesia” dan “Pers dalam Percepatan Pertumbuhan Ekonomi.”

 

Ceruk Iklan
Menurut Wahyu Muryadi, tren konvergensi media mutlak diikuti oleh pengelola pers. Keengganan atau lambat mengikuti tren tersebut akan menyebabkan pers tergilas perkembangan zaman. Kehadiran konvergensi (media baru) sebenarnya membuka ceruk baru iklan yang tidak diperoleh jika hanya mengandalkan media cetak.

Dalam menghadapi konvergensi media dan perkembangan internet, media harus melakukan reorganisasi. Pada saat yang sama, ciri khas setiap media harus tetap dipertahankan sebagai bentuk keunggulan kompetitif.

“Sekarang informasi adalah many to many,” kata Wahyu Muryadi. Tugas pers lebih seperti menjernihkan atau mengklarifikasi informasi yang banyak tersebar melalui berbagai teknologi komunikasi. “Membantu masyarakat menyaring informasi,” lanjutnya.

Trias Kuncahyono menegaskan, perkembangan internet saat ini dapat membuat jurnalisme lebih baik. Jurnalisme ke depan adalah kombinasi antara nilai jurnalisme tradisional dan penggunaan teknologi modern. Jurnalisme tradisional yang dimaksud adalah jurnalisme yang taat etika dan memiliki tanggung jawab sosial. Jurnalisme ini tidak boleh ditinggalkan karena munculnya teknologi komunikasi modern.

“Jurnalisme saat ini adalah gabungan antara nilai-nilai utama jurnalisme tradisional dan keterampilan teknologi baru,” katanya.

Ronny Sugiadha menambahkan, konvergensi media telah menghilangkan batasan antara wartawan cetak, foto, online, radio dan televisi.

“Tantangan utama untuk bisa mengembangan sinergisitas ini (konvergensi) justru terletak di internal masing-masing pengelola media. Sedangkan publik, tidak akan pernah mempermasalahkan bagaimana proses sebuah konten bisa dihadirkan,” ungkapnya. (red)

 

By Administrator| 08 Februari 2013 | berita |