Kelemahan Pengelolaan Sumbangan Publik oleh Media

images

Jakarta (Berita Dewan Pers) - Penelitian yang dilakukan Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) dan Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) menemukan sejumlah kelemahan media massa dalam mengelola dana sumbangan publik. Kelemahan itu menyangkut pelaporan dana, kurangnya keterlibatan donatur, ketidaktepatan alokasi sumbangan, dan lemahnya kapasitas tenaga pengelola.


Permasalahan lain, banyak media yang tidak menggunakan rekening khusus, tidak memiliki izin, mencampuradukkan sumbangan masyarakat dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) media bersangkutan. Bahkan, ada bantuan masyarakat yang disalurkan untuk kepentingan partai politik.


“Media perlu berbenah dalam pengelolaan dana sumbangan masyarakat,” kata Hamid Abidin dari PIRAC saat menjadi narasumber diskusi “Peningkatan Akuntabilitas dan Profesionalitas Media dalam Mengelola Dana Sosial Masyarakat” yang digelar Dewan Pers bersama Pirac dan PFI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (17/10).


Selama penelitian dilakukan pada Juli – September 2012, Hamid menjelaskan, tercatat ada 147 perusahaan pers di 28 provinsi yang mengelola sumbangan masyarakat. Sebagian besar bersifat temporer, dilakukan saat ada bencana atau permintaan masyarakat.


Ia merekomendasikan beberapa alternatif skema pengelolaan sumbangan masyarakat oleh media. Pertama, media hanya menjadi penggalang sumbangan. Dana yang terkumpul kemudian disalurkan ke lembaga yang punya kapasitas untuk mengelola. Kedua, media mendirikan yayasan yang khusus mengelola sumbangan.


Alternatif ketiga, pengelolaan dana banyak melibatkan publik. Berikutnya, media bermitra dengan lembaga filantropi yang berpengalaman dengan mendirikan yayasan bersama. Pilihan kelima, media mengembangkan kemitraan atau kerjasama program dengan lembaga filantropi. 


Pada kesempatan yang sama, Ketua PFI Ismit Hadad, melihat banyak hal positif yang disumbangkan media melalui program filantropi. “Dalam perkembangannya, kami pantau, media filantropi mengandung beberapa masalah dan media melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan,” ungkapnya.


Sementara Ketua Dewan Pers, Bagir Manan, yang membuka acara, mendorong agar filantropi konsisten sebagai gerakan kemanusiaan.


Dalam diskusi ini, pengurus Yayasan Dana Bantuan Anak Sekar Mlatti yang dikelola Femina Group serta Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menyampaikan presentasi tentang program dan kesuksesan kedua yayasan dalam mengelola dana sumbangan masyarakat.


Peserta diskusi yang dipandu Anggota Dewan Pers, Uni Lubis ini, menyepakati pembentukan tim kecil yang akan merumuskan semacam panduan untuk media dalam mengelola sumbangan masyarakat. Anggota Tim antara lain berasal dari harian Kompas, Media Group (Metro TV), Femina Group, SCTV, RRI, dan detik.com, yang dikoordinasi oleh PIRAC dan PFI. (red)

By Administrator| 18 Oktober 2012 | berita |