Pers Belum Maksimal Dorong Kemajuan Olahraga

images

Jakarta (Berita Dewan Pers) – Liputan pers yang edukatif dan kritis dapat mendorong munculnya atlet-atlet berprestasi dari Indonesia.

Pers harus diposisikan sebagai salah satu elemen penting dalam strategi memajukan olahraga Indonesia. Di sini diperlukan wartawan olahraga yang punya visi, memahami filosofi dan teknis olahraga. Pembinaan atlet muda menjadi persoalan yang perlu terus disorot oleh pers.

Demikian beberapa pemikiran yang muncul dalam acara dialog “Dewan Pers Kita” yang disiarkan TVRI nasional, Rabu (12/6), pukul 21.00-22.00 WIB. Dialog yang dipandu Wina Armada Sukardi ini menghadirkan narasumber Hendry CH Bangun (wartawan senior harian Warta Kota), Joko Supriyanto (mantan atlet bulu tangkis), dan Phaidon Lumba Toruan (ahli gizi atlet).

Menurut Hendry, saat ini pers tidak lagi kritis melihat pembinaan atlet olahraga Indonesia. Tidak banyak liputan yang menyorot inti persoalan dan melihat langsung kantong-kantong pelatihan atlet olahraga.

“Fungsi edukasi pers dalam persoalan olahraga masih kurang,” katanya.

Joko Supriyanto melihat, lambatnya pembibitan atlet baru menjadi penyebab mundurnya prestasi olahraga Indonesia. Misalnya, atlet bulu tangkis rata-rata masuk ke pusat pelatihan nasional setelah berusia 18 tahun. Padahal, idealnya dimulai sejak berusia 15 tahun.

“Atlet dibina sedini mungkin. Perlu proses pembinaan yang lama. Usia 18 tahun masuk pelatnas sudah terlambat. Harusnya mulai 15 tahun,” ungkapnya.

Dokter Phaidon yang berpengalaman menjadi ahli gizi untuk atlet Indonesia mengeluhkan banyaknya atlet Indonesia yang tidak mampu mengatur pola makan yang baik. Padahal, prestasi atlet sangat dipengaruhi pola makan.

Menurutnya, atlet Indonesia harus banyak belajar teknis dan pola makan dari para juara dunia. Harus ada “perubahan mindset dalam pola makan atlet,” tegasnya.

By Administrator| 13 Juni 2012 | berita |