Keselamatan Wartawan Diutamakan

images

Wartawan banyak yang tidak tahu hak-haknya ketika dikirim meliput ke daerah berbahaya, seperti daerah konflik dan bencana. Sementara hanya sedikit perusahaan pers yang peduli dengan kebutuhan pelatihan bagi wartawannya. Padahal keselamatan wartawan, ketika meliput di daerah berbahaya, harus diutamakan agar informasi yang didapat wartawan tersampaikan ke masyarakat. Keinginan wartawan untuk mendapatkan berita tidak bisa disalahkan. Namun yang terpenting wartawanya siap untuk hidup, bukan siap untuk mati.

Tragedi tenggelamnya kapal penyebrangan Levina I yang menewaskan dua wartawan televisi, Suherman (juru kamera Lativi) dan Mohamad Guntur Syaifullah (juru kamera SCTV), hendaknya menjadi momen agar masyarakat pers peduli dengan keselamatan wartawan dan memperbaiki kekurangan yang ada.

Demikian beberapa pemikiran yang berkembang dalam acara dialog Dewan Pers Menjawab yang disiarkan stasiun TVRI secara langsung, 7 Maret lalu. Dialog ini menghadirkan narasumber Abdullah Alamudi (Anggota Dewan Pers), Imam Wahyudi, (Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia – IJTI), dan Romi Fibri (wartawan Liputan 6 SCTV).

Alamudi mengatakan perusahan pers dan organisasi wartawan harus bersama mengupayakan agar wartawan mengerti dan mendapatkan haknya ketika meliput di daerah berbahaya. Wartawan juga perlu tahu bagaimana prosedur keamanan untuk dirinya. Kesadaran tentang hak dan prosedur keselamatan ini bisa ditumbuhkan melalui pelatihan-pelatihan. “Memberikan pelatihan kepada wartawan adalah investasi perusahaan”, tegas Alamudi.

Namun sering perusahaan pers tidak memberi kesempatan kepada wartawan untuk mengikuti pelatihan. “Perusahaan seharusnya memberikan kesempatan kepada wartawan muda yang belum pernah training untuk mengikuti training tentang keselamatan”, kata romi.

Imam menambahkan perusahaan pers adalah pihak pertama yang harus bertanggung jawab terhadap keselamatan wartawan. Sayangnya tidak banyak perusahaan pers yang peduli untuk menyediakan peralatan keselamatan dan pelatihan. “Perusahaan tidak apresiasi dengan training karena akan menyita waktu kerja”, ungkapnya.

By Administrator| 12 Maret 2007 | berita |