Digagas Konsorsium School of Journalism

images

Rencana pembentukan School of Journalism (SoJ) terus ditindaklanjuti Dewan Pers. Setelah mendapat dukungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada pertemuan di Istana Presiden, Jakarta, 3 Mei 2007, beberapa pertemuan lain dengan melibatkan stakeholders digelar Dewan Pers.

Akhir Juli ini, Dewan Pers mengundang sekitar 20 pimpinan perguruan tinggi dan pengelola lembaga pendidikan jurnalistik dari Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Surabaya. Dalam pertemuan di Sekretariat Dewan Pers, Jakarta, tersebut Dewan Pers mengungkapkan perkembangan pendirian SoJ dan meminta masukan dari peserta.

Anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudi, menjelaskan telah ada komitmen dari dua negara asing untuk membantu SoJ di Indonesia. Bahkan SoJ yang akan dibentuk diusulkan berskala regional.

Sementara Sekretaris Eksekutif Dewan Pers, Lukas Luwarso, mengungkapkan SoJ yang akan dibentuk sejauh ini mengarah ke bentuk konsorsium. “Pilihan Dewan Pers sejauh ini adalah mengoptimalkan lembaga-lembaga jurnalistik yang sudah ada, dimana diharapkan ada konsorsium yang memfasilitasi lembaga jurnalistik,” katanya.

Pernyataan senada disampaikan Anggota Dewan Pers, Bambang Harymurti. Menurutnya Dewan Pers merasa tidak memiliki kompetensi untuk mengelola SoJ sendirian. Karena itu, Dewan Pers berencana sebatas memfasilitasi pengelolaan SoJ. Dewan Pers akan lebih banyak mendengarkan kebutuhan para pemasok wartawan lalu mencarikan pemecahannya. Nantinya, melalui konsorsium SoJ, akan digalang kerjasama antarlembaga pendidikan jurnalistik dengan memanfaatkan kelebihan masing-masing lembaga.

Menipis
Bambang menambahkan, melalui SoJ diharapkan dapat terbentuk komunikasi yang lebih baik antara perguruan tinggi, sebagai pemasok wartawan, dengan perusahaan pers, sebagai pengguna wartawan. Sebab, menurutnya, selama ini seperti ada pemisah antara keduanya. Penyebabnya, misalnya, universitas masih terbuai dengan prestasi akademis yang terkadang tidak sesuai kebutuhan perusahaan pers. ”Dewan Pers akan memfasilitasi agar pemisah ini semakin menipis,” ungkapnya.

Dalam pertemuan ini juga mengemuka beberapa persoalan, antara lain, sulitnya perguruan tinggi mendapat tenaga pengajar dari kalangan praktisi pers; perlunya kurikulum baru yang memenuhi kebutuhan industri pers; harus terpenuhinya teori dan praktek jurnalistik di perguruan tinggi secara imbang; sarana praktek bagi calon wartawan di perguruan tinggi yang kurang; serta lemahnya ketrampilan dasar wartawan dan pengelolaan bisnis pers.

Kebutuhan penguasaan terhadap teknologi-informasi bagi calon wartawan; kesulitan magang di perusahaan pers bagi mahasiswa jurusan jurnalistik; dan tuntutan agar Dewan Pers mampu bersikap adil jika konsorsium SoJ telah berdiri, turut mengemuka selama pertemuan.

Peserta juga menyinggung target yang ingin dituju SoJ, apakah wartawan yang sudah bekerja atau para calon wartawan. Kemudian SoJ ini diharapkan menjadi lembaga pendidikan khusus yang memberi kesempatan kepada orang yang memiliki latarbelakang pendidikan non-jurnalistik untuk belajar jurnalistik.

Sebelum pertemuan dengan perguruan tinggi ini, Dewan Pers telah berdiskusi dengan para pengamat dan tokoh pers. Selanjutnya Dewan Pers akan mengelar pertemuan terakhir yang dihadiri para pengelola perusahaan pers. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut diharapkan Dewan Pers dapat merumuskan kelembagaan dan program SoJ secara baik, sesuai kebutuhan.

By Administrator| 02 Agustus 2007 | berita |