Wakil Ketua Dewan Pers: Mahasiswa Bisa Menjadi Contoh Civil Journalism yang Baik

images

SURAKARTA - Pers mahasiswa dalam kegiatannya tak hanya menjadi penyalur informasi terkini di lingkungan kampus. Namun juga dituntut untuk menjadi contoh insan pers yang menjunjung tinggi etika jurnalistik. Hal ini juga selaras dengan peran mahasiswa yang menjadi agen perubahan bagi masyarakat luas.

Pandangan tersebut diutarakan Wakil Ketua Dewan Pers, M Agung Dharmajaya, dalam Studium Generale “Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial” yang digelar Dewan Pers dalam rangkaian kegiatan Dewan Pers Goes to Campus berkolaborasi dengan Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI), di kampus FISIP UNS, Surakarta, Selasa (23/5/2023). Acara ini bertujuan untuk menyemai bibit-bibit jurnalisme berkualitas di kalangan mahasiswa.

"Mahasiswa harus jadi contoh civil journalism yang sesuai dengan kode etik jurnalistik untuk masyarakat luas. Dimulai dari lingkungan kampus dulu. Jangan asal membuat berita untuk memenuhi kebutuhan penulisan di media kampus semata," paparnya.

Ia menjelaskan jika mahasiswa mengemban amanat yang besar untuk menjadi agen perubahan bagi masyarakat. Pers mahasiswa mesti mengambil peran untuk menjadi contoh civil journalism yang tetap berpegang teguh pada kode etik jurnalistik. Pemberitaan yang dilahirkan dari media pers kampus oleh pers mahasiswa wajib melalui proses identifikasi dan verifikasi terlebih dahulu sebelum diterbitkan. Hal ini juga untuk menghindari terbitnya pemberitaan yang palsu atau berita hoaks dalam lingkup kampus.

Selain menjadi contoh civil journalism yang baik, Agung juga menjelaskan jika masyarakat bisa meminta media untuk melakukan hak jawab apabila terdapat berita hoaks kepada media yang bersangkutan sebagai bentuk keberimbangan informasi dari kedua belah pihak. Menurut Agung, sebuah informasi bisa salah, namun berita yang disampaikan ke masyarakat haruslah benar.

"Jika kalian mendapati pemberitaan yang tidak benar, kalian bisa meminta media tersebut untuk membuat hak jawab. Ini dilakukan untuk menyeimbangkan informasi yang beredar agar tidak condong ke salah satu pihak saja," paparnya.

Selaras dengan itu, Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Dewan Pers, Asmono Wikan, juga menekankan etika dalam dunia jurnalisme kampus. Menurutnya, etika dalam dunia jurnalisme lebih penting daripada sekadar menghasilkan karya jurnalistik semata. Keberimbangan informasi dibutuhkan untuk mencapai kebenaran dalam kacamata jurnalistik.

"Dalam dunia jurnalistik, etika sangat diperlukan dan dijunjung tinggi. Karena tugas insan pers bukan hanya menghasilkan karya jurnalistik saja, namun juga mencapai kebenaran jurnalistik, kebenaran yang datang dari dua arah. Kebenaran hanya bisa dicapai apabila etika dalam penulisan karya jurnalistik dijunjung tinggi," tegas Asmono.

Dalam forum tersebut, Asmono juga menegaskan bahwa pihak kampus tak perlu alergi terhadap pemberitaan yang diterbitkan oleh pers mahasiswa, selama berita tersebut mengikuti kode etik jurnalistik. "Pihak kampus tak perlu risau terhadap pemberitaan yang diterbitkan oleh pers mahasiswa. Setiap orang berhak untuk melakukan aktivitas jurnalisme dan menjadi jurnalis, termasuk mahasiswa dalam wadah pers mahasiswa," pungkasnya. *** 

By MediaCentre2| 28 Mei 2023 | berita |